Rabu, 24 Mei 2023

Drama Mencari Kerja

Mulai ditulis pada 28/04/2023 - 00.11 WIB di Kemang, Jakarta Selatan.

Salah satu dilema besar yang dirasakan oleh sebagian besar orang adalah menacari pekerjaan, tentu begitu juga dengan aku. Drama mencari kerja telah aku alami sampai pada masanya aku merasa sangat bersyukur, puas dan bangga dengan pekerjaanku hari ini, Alhamdulillah.

Latar belakang dari tulisanku ini adalah terkait dengan beberapa kenalan ku yang masih berjuang dan menghadapi drama dalam hal mencari pekerjaan. Sebagai seorang yang pernah merasakan posisi tersebut, terkadang aku membagikan cerita dan pengalaman tentang apa yang pernah aku alami.

Keterbatasan waktu dan kesempatan terkadang membuat apa yang aku ceritakan belum selengkap dengan apa yang aku alami, tentu bukanlah hal yang mudah untuk bisa menceritakan drama apa saja yang telah terjadi di fase mencari kerja tersebut, akhirnya aku memutuskan untuk menulis ceritaku disini.


Sumber Gambar : pixabay.com
 

Kegagalan dan Kesedihan.

Drama mencari kerja pertamaku bisa dikatakan cukup dramatis dan menyedihkan, hal ini terjadi di tahun 2015, bahkan ketika itu harapanku akan masa depan yang cerah seperti yang aku impikan sempat pupus dan merasa bahwa duniaku selesai, hal ini karena di tahun tersebut banyak hal yang aku alami hasilnya cukup mengecewakan.

Cerita kegagalan dan kesedihanku di tahun 2015 berawal setelah aku lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) dan mengikuti temanku untuk ikut seleksi penerimaan pegawai Perusahaan Listrik Negara (PLN) bagi lulusan SMA, keputusan untuk mencari pekerjaan setelah SMA sebenarnya sama sekali tidak menjadi rencanaku, mimpi dan cita-citaku saat itu adalah melanjutkan kuliah di luar Aceh.

Singkat cerita aku lolos administrasi dan beberapa tahap setelah itu, dari total enam tahapan seleksi, aku lolos sampai tahap keempat, dan gugur di tahap kelima, dan kegagalan ini adalah kegagalan pertamaku dalam mencari pekerjaan.

Gagal bekerja di PLN sebenarnya bukanlah kesedihan terbesarku saat itu, kesedihan terbesarku ketika itu adalah karena aku harus berbesar hati untuk menerima kenyataan bahwa aku gap year, hal ini pernah aku ceritakan pada tulisanku dengan judul Pahit Manis Hidup, Semua Pasti ada Hikmahnya (Klik Disini).

Pada tahun gap year tersebut drama pekerjaan pertamaku terjadi, ketika itu aku berkesempatan untuk bekerja menjadi desainer di salah satu konveksi yang cukup besar di Aceh, aku bekerja di tempat tersebut tanpa mendaftar, ini karena sang owner adalah rekananku saat aku iseng-iseng berbisnis konveksi di masa SMA.

Pekerjaan pertamaku tersebut kurang memberikan kesan yang baik, saat bekerja disana aku merasa kurang nyaman karena diminta untuk mengerjakan beberapa hal lain di luar jobdesk ku, sampai pada akhirnya aku berhenti dan hanya bekerja satu bulan.

Hal yang bisa aku pelajari di pekerjaan pertama ku walaupun hanya satu bulan tersebut adalah, sebisa mungkin kita harus siap untuk menerima kenyataan bahwa terkadang apa yang akan kita kerjakan nanti tidak selamanya hanya jobdesk yang dijanjikan, namun juga hal-hal lain, sehingga kita harus siap.

 

Bekerja untuk Mengisi Waktu Kosong.

Awal tahun 2016, tepatnya pada 15 Maret aku memutuskan untuk merantau ke Yogyakarta, alasannya adalah karena sudah bosan di rumah aja, dan aku telah berencana untuk lanjut kuliah di kota pelajar tersebut.

Tahun ajaran baru dimulai sekitar bulan Agustus, untuk mengisi kekosongan rentang waktu tersebut aku ikut bekerja di Warung Kopi Aceh milik saudara jauhku. Ketika itu aku bekerja murni untuk mengisi kekosongan, karena untuk biaya hidup di Jogja masih di cover oleh orang tua.

Keterlibatan ku di Warung Kopi tersebut bisa dikatakan hanya sekedar untuk backup, namun karena aku cukup intens disana, dari sejak mulai persiapan, berjalannya warung tersebut, sampai pada akhirnya dialihkan ke pemilik lain membuat aku belajar beberapa hal sederhana seperti interaksi dan kenyaman untuk membuat karyawan betah dan bisa memberikan yang terbaik adalah hal yang penting.

Sebenarnya di rentang waktu tersebut aku juga memiliki tekat untuk bekerja secara professional agar bisa memiliki penghasilan yang pasti dan mengisi waktu luang di pagi s.d sore hari (karena warung kopi tadi buka malam hari), namun dari beberapa part time yang aku apply yang sesuai skill ku tak ada satupun yang lolos.

 

Bekerja di Masa Kuliah.

Setelah resmi menjadi mahasiswa aku cukup fokus untuk kuliah dan mengikuti kegiatan-kegiatan non-akademik yang ada di lingkungan kampus maupun diluar kampus, bisa dikatakan bahwa masa kuliahku cukup stabil.

Namun setiap akan membayar uang kuliah (SPP) aku selalu merasakan bahwa uang kuliahku cukup tinggi dan sangat segan untuk meminta ke orang tua, namun mau tidak mau harus tetap minta karena aku sama sekali tidak ada pendapatan.

Hal yang bisa aku lakukan ketika itu hanyalah berhemat sehingga orang tua ku tidak terbebani dengan nominal pasti berapa yang harus dikirimkan untuk biaya hidup ku setiap bulannya, aku hanya akan menginfokan ketika uang ku sudah benar-benar habis.

Akhirnya aku mencoba mencari pemasukan dari berbagai sumber, saat itu aku sangat merasakan bahwa rezeki tidak akan tertukar, doa dan usuha tidak akan pernah menjadi sia-sia, saat sedang berkuliah ada saja rezeki yang bisa aku dapatkan walaupun jumlahnya memang tidak besar, namun aku sangat bersyukur karena rezeki tersebut bisa membantu meringankan beban yang harus ditanggung orang tuaku selama biaya hidup ku di Jogja.

Pekerjaan yang dapat menghasilkan saat aku masih kuliah cukup beragam, awalnya aku sering mendapatkan paid artikel untuk blog-blog ku, ataupun paid tweet dan paid post Instagram, selain itu aku juga pernah dibayar untuk menulis artikel di beberapa media online.

Hal lain yang pernah aku kerjakan saat itu adalah melanjutkan bisnis konveksiku, walaupun bisa dikatakan cukup sepi hanya 2-3 orderan dalam setahun, namun aku tetap bersyukur, apalagi pernah ada momen aku mendapatkan orderan dengan nominal yang bisa dikatakan cukup besar ketika itu.

Pada tahun ketiga sampai dengan selesai kuliah aku mulai sering mendapatkan kesempatan untuk kerja sampingan di kampus, disini pekerjaanku juga beragam, aku pernah menerima orderan desain dari rekan-rekan dan dosen-dosen ku, kemudian juga pernah menjadi fotografer di beberapa kegiatan kampus, sampai dengan ketika aku telah dikenal bisa mengerjakan website dan sistem informasi, aku dipercaya untuk mengerjakan beberapa web dan sistem informasi kampus.

Akhirnya di semester 6, aku berkesempatan untuk menjadi students staf di Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan (DPK) UII dan mendapatkan gaji bulanan, sebenarnya awal aku bisa bekerja disini cukup unik, dan sebelumnya aku agak malu untuk menceritakan ini.

 

3 Tahun Menjadi Student Staf

Jadi awal mula aku bisa berkesempatan bekerja di DPK UII adalah ketika aku masih aktif di kegiatan kampus, ketika itu aku menjadi ketua salah satu kepanitian dan aku mengajukan permohonan dana ke DPK UII, sebelumnya staf-staf bahkan pimpinan disana telah mengenalku karena memang aku sering berinteraksi dan membantu beberapa pekerjaan disana, bahkan pimpinan disana adalah dosen pembimbing akademik (DPA) ku.

Ketika akan mengajukan dana kegiatan, aku mengantar langsung prososal tersebut ke kantor DPK, disana para staf sedang makan pizza dan menawariku sambil cerita bahwa salah satu student staf disana akan berhenti dan mereka merasa butuh pengganti karena masih banyak kerjaan dan kekurangan SDM, aku disarankan untuk mengajukan diri ke pimpinan DPK.

Saran tersebut langsung aku amini, tanpa berfikir panjang aku langsung memberanikan diri untuk mengirimkan pesan secara personal melalui WhatsApp kepada pimpinan DPK, diinfokan bahwa beliau akan menginfokan nanti setelah mendapatkan konfirmasi pemunduran diri student staf sebelumnya, selang 2-3 hari aku mendapatkan kabar bahwa aku diberikan kesempatan untuk membantu di DPK.

Kesempatan yang berawal dari keberanian untuk mengajukan diri menjadi Student Staf ternyata bertahan cukup lama, sejak Mei 2019 sampai dengan Juni 2022 aku bekerja layaknya pegawai tetap di DPK UII, padahal statusku hanyalah Student Staf, status tersebut bertahan sampai dengan 1 tahun kelulusan kuliah ku pada November 2021.

Aku cukup bersyukur bisa berkesempatan untuk bekerja di DPK UII, disana aku banyak belajar tentang dunia kerja, berinteraksi dengan banyak pihak, berkomunikasi yang layak dengan pimpinan dan rekan kerja, belajar cara menyampaikan ide dan pendapat, belajar cara menerima kritik dan saran baik dari pimpinan dan rekan kerja, dan banyak hal lainnya.

 

Drama Mencari Kerja di Jakarta

Sesuai dengan harapan yang pernah impikan, kerja di Ibu Kota Jakarta adalah menjadi cita-citaku setelah menyelesaikan masa studi di Jogja, untuk merealisasikan harapan tersebut ternyata bukanlah hal yang mudah, banyak halangan dan kegagalan yang harus aku lewati.

Punya pengalaman kerja dan pernah menyelesaikan beberapa projek tadinya aku kira akan menjadi nilai tambah untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai harapan setelah dalam kurun waktu singkat, ternyata drama mencari pekerjaan di Jakarta benar adanya, hal yang tadinya aku fikirkan akan membantu pada kenyataannya tidak semudah itu.

Sejak lulus sampai pada akhirnya mendapatkan pekerjaan sudah tidak terhitung berapa lowongan kerja yang aku submit, tiada hari tanpa apply ke lowongan kerja yang sedang dibuka, era digitalisasi cukup membantuku dalam hal mencari dan apply ke pekerjaan yang sesuai.

Ketika masi berdomisili di Jogja, aku merasa dari banyak lowongan kerja yang aku  apply hanya sebagian kecil yang menindaklanjuti lamaranku ke tahapan berikut nya seperti wawancara ataupun tahapan lain setelah proses administrasi.

Juni 2022 menjadi titik balik ketika pada akhirnya aku bisa mengapai cita-citaku bekerja di Jakarta. Saat itu aku dinyatakan lolos menjadi pegawai di Lembaga Pengembangan Perbangkan Indonesia (LPPI) setelah melewai 5 tahapan tes yang telah aku laksanakan juga dengan penuh drama, dari mulai perubahan jadwal wawancara yang mendadak sampai dengan harus bolak balik Jakarta-Jogja yang hanya berjarak 1 minggu.

 

Drama Kerja di Jakarta

Setelah resmi menjadi pegawai di LPPI aku membayangkan kehidupan sempurna dengan pekerjaan yang baik, ternyata hidup tidak semulus itu, setiap moment akan ada saja drama-drama yang mungkin tidak diperkirakan, ataupun sudah diperkirakan sebelumnya namun selalu mencoba untuk menyangkal.

Mohon maaf sebelumnya jika ada dari pembaca yang merupakan dari pihak-pihak LPPI, kesan hari pertamaku saat masuk ke LPPI sudah tidak baik, aku merasa seperti baru saja melakukan downgrade ruangan dan fasilitas kerja, hal ini awalnya aku maklumi dengan harapan ada hal lain yang bisa menyemangatiku.

Selang 1-2 bulan aku bekerja disana, aku merasakan lingkungan kerja yang kurang nyaman, hal ini mungkin cukup relatif, karena jujur banyak pegawai-pegawai yang menurutku keliatannya cukup nyaman bekerja disana sehingga bertahan dalam kurun waktu yang tidak sebentar.

Salah satu contoh yang paling aneh murutku adalah ketika ada proses meeting bersama direksi ketika telah menyelesaikan pekerjaan, dan saran direksi sangat jauh dengan intruksi awal yang aku dapatkan dari pimpinan divisi, sehingga aku beranggapan bahwa yang aku lakukan sebelumnya seperti tidak ada harganya dengan mudahnya diubah, pimpinan divisiku juga tidak memeberikan argument apapun untuk membela pekerjaaanku, bahwa mengatakan aku di gaji untuk itu.

Pada akhirnya aku Kembali apply ke lowongan-lowongan pekerjaan yang ada, saat CV ku berubah domisili di Jakarta aku merasa seperti cukup banyak kesempatan wawancara yang diberikan, namun tentu mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah, aku melewati silih berganti wawancara sampai pada akhirnya diterima di tempat kerjaku hari ini.


Tenaga Progrmmer di Kementerian

Bekerja di kementerian adalah cita-cita ku yang akhirnya terwujud, saat duduk di bangku kuliah aku pernah memilik mimpi untuk bekerjadi instansi pemerinta ini, mimpiku sederhana, bisa mejadi pegawai di salah satu kementerian yang kantornnya di Gedung tinggi, tidak harus menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Jalan pajang sampai pada akhirnya aku resmi menjadi tenaga programmer di Kementerian PPN/Bappenas adalah bermula dari informasi rekrumen Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN) tenaga tenaga programmer di Biro Perencanaan, Organisasi dan Tata Laksana Kementerian PPN/Bappenas yang aku dapatkan di beranda Linkedin.

Perlakukaan ku sama seperti sebelumnya ketika melihat informasi lowongan kerja yang sesuai, aku langsung mempersipkan berkas dan tanpa berlama-lama langsung apply. Setelah melewai beberapa tahapan seleksi pada akhirnya aku dinyatakan lolos selesai dan resmi menjadi pegawai di Kementerian PPN/Bappenas.

Selesai ditulis pada 24/05/2023 - 17.55 WIB di Kopi Kenangan, Ruko Mampang Business Park, Jakarta Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar