Mulai ditulis pada 28/04/2023 - 00.11 WIB di Kemang, Jakarta Selatan.
Salah satu dilema besar yang dirasakan oleh sebagian besar orang adalah menacari pekerjaan, tentu begitu juga dengan aku. Drama mencari kerja telah aku alami sampai pada masanya aku merasa sangat bersyukur, puas dan bangga dengan pekerjaanku hari ini, Alhamdulillah.
Latar belakang dari tulisanku ini adalah terkait dengan beberapa kenalan ku yang masih berjuang dan menghadapi drama dalam hal mencari pekerjaan. Sebagai seorang yang pernah merasakan posisi tersebut, terkadang aku membagikan cerita dan pengalaman tentang apa yang pernah aku alami.
Keterbatasan waktu dan kesempatan terkadang membuat apa yang aku ceritakan belum selengkap dengan apa yang aku alami, tentu bukanlah hal yang mudah untuk bisa menceritakan drama apa saja yang telah terjadi di fase mencari kerja tersebut, akhirnya aku memutuskan untuk menulis ceritaku disini.
Sumber Gambar : pixabay.com |
Kegagalan dan Kesedihan.
Drama mencari kerja pertamaku bisa dikatakan cukup dramatis
dan menyedihkan, hal ini terjadi di tahun 2015, bahkan ketika itu harapanku akan
masa depan yang cerah seperti yang aku impikan sempat pupus dan merasa bahwa duniaku
selesai, hal ini karena di tahun tersebut banyak hal yang aku alami hasilnya
cukup mengecewakan.
Cerita kegagalan dan kesedihanku di tahun 2015 berawal
setelah aku lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) dan mengikuti temanku untuk ikut
seleksi penerimaan pegawai Perusahaan Listrik Negara (PLN) bagi lulusan SMA, keputusan
untuk mencari pekerjaan setelah SMA sebenarnya sama sekali tidak menjadi rencanaku,
mimpi dan cita-citaku saat itu adalah melanjutkan kuliah di luar Aceh.
Singkat cerita aku lolos administrasi dan beberapa
tahap setelah itu, dari total enam tahapan seleksi, aku lolos sampai tahap
keempat, dan gugur di tahap kelima, dan kegagalan ini adalah kegagalan pertamaku
dalam mencari pekerjaan.
Gagal bekerja di PLN sebenarnya bukanlah kesedihan terbesarku
saat itu, kesedihan terbesarku ketika itu adalah karena aku harus berbesar hati
untuk menerima kenyataan bahwa aku gap year, hal ini pernah aku
ceritakan pada tulisanku dengan judul Pahit Manis Hidup, Semua Pasti ada Hikmahnya (Klik Disini).
Pada tahun gap year tersebut drama pekerjaan
pertamaku terjadi, ketika itu aku berkesempatan untuk bekerja menjadi desainer
di salah satu konveksi yang cukup besar di Aceh, aku bekerja di tempat tersebut
tanpa mendaftar, ini karena sang owner adalah rekananku saat aku
iseng-iseng berbisnis konveksi di masa SMA.
Pekerjaan pertamaku tersebut kurang memberikan kesan
yang baik, saat bekerja disana aku merasa kurang nyaman karena diminta untuk
mengerjakan beberapa hal lain di luar jobdesk ku, sampai pada akhirnya
aku berhenti dan hanya bekerja satu bulan.
Hal yang bisa aku pelajari di pekerjaan pertama ku
walaupun hanya satu bulan tersebut adalah, sebisa mungkin kita harus siap untuk
menerima kenyataan bahwa terkadang apa yang akan kita kerjakan nanti tidak selamanya
hanya jobdesk yang dijanjikan, namun juga hal-hal lain, sehingga kita
harus siap.
Bekerja untuk Mengisi Waktu Kosong.
Awal tahun 2016, tepatnya pada 15 Maret aku memutuskan
untuk merantau ke Yogyakarta, alasannya adalah karena sudah bosan di rumah aja,
dan aku telah berencana untuk lanjut kuliah di kota pelajar tersebut.
Tahun ajaran baru dimulai sekitar bulan Agustus, untuk
mengisi kekosongan rentang waktu tersebut aku ikut bekerja di Warung Kopi Aceh
milik saudara jauhku. Ketika itu aku bekerja murni untuk mengisi kekosongan,
karena untuk biaya hidup di Jogja masih di cover oleh orang tua.
Keterlibatan ku di Warung Kopi tersebut bisa dikatakan
hanya sekedar untuk backup, namun karena aku cukup intens disana,
dari sejak mulai persiapan, berjalannya warung tersebut, sampai pada akhirnya
dialihkan ke pemilik lain membuat aku belajar beberapa hal sederhana seperti
interaksi dan kenyaman untuk membuat karyawan betah dan bisa memberikan yang
terbaik adalah hal yang penting.
Sebenarnya di rentang waktu tersebut aku juga memiliki
tekat untuk bekerja secara professional agar bisa memiliki penghasilan yang
pasti dan mengisi waktu luang di pagi s.d sore hari (karena warung kopi tadi
buka malam hari), namun dari beberapa part time yang aku apply
yang sesuai skill ku tak ada satupun yang lolos.
Bekerja di Masa Kuliah.
Setelah resmi menjadi mahasiswa aku cukup fokus untuk
kuliah dan mengikuti kegiatan-kegiatan non-akademik yang ada di lingkungan
kampus maupun diluar kampus, bisa dikatakan bahwa masa kuliahku cukup stabil.
Namun setiap akan membayar uang kuliah (SPP) aku selalu
merasakan bahwa uang kuliahku cukup tinggi dan sangat segan untuk meminta ke
orang tua, namun mau tidak mau harus tetap minta karena aku sama sekali tidak
ada pendapatan.
Hal yang bisa aku lakukan ketika itu hanyalah berhemat
sehingga orang tua ku tidak terbebani dengan nominal pasti berapa yang harus
dikirimkan untuk biaya hidup ku setiap bulannya, aku hanya akan menginfokan
ketika uang ku sudah benar-benar habis.
Akhirnya aku mencoba mencari pemasukan dari berbagai
sumber, saat itu aku sangat merasakan bahwa rezeki tidak akan tertukar, doa dan
usuha tidak akan pernah menjadi sia-sia, saat sedang berkuliah ada saja rezeki
yang bisa aku dapatkan walaupun jumlahnya memang tidak besar, namun aku sangat
bersyukur karena rezeki tersebut bisa membantu meringankan beban yang harus
ditanggung orang tuaku selama biaya hidup ku di Jogja.
Pekerjaan yang dapat menghasilkan saat aku masih kuliah
cukup beragam, awalnya aku sering mendapatkan paid artikel untuk
blog-blog ku, ataupun paid tweet dan paid post Instagram, selain
itu aku juga pernah dibayar untuk menulis artikel di beberapa media online.
Hal lain yang pernah aku kerjakan saat itu adalah
melanjutkan bisnis konveksiku, walaupun bisa dikatakan cukup sepi hanya 2-3
orderan dalam setahun, namun aku tetap bersyukur, apalagi pernah ada momen aku
mendapatkan orderan dengan nominal yang bisa dikatakan cukup besar ketika itu.
Pada tahun ketiga sampai dengan selesai kuliah aku
mulai sering mendapatkan kesempatan untuk kerja sampingan di kampus, disini pekerjaanku
juga beragam, aku pernah menerima orderan desain dari rekan-rekan dan
dosen-dosen ku, kemudian juga pernah menjadi fotografer di beberapa kegiatan
kampus, sampai dengan ketika aku telah dikenal bisa mengerjakan website dan
sistem informasi, aku dipercaya untuk mengerjakan beberapa web dan sistem
informasi kampus.
Akhirnya di semester 6, aku berkesempatan untuk
menjadi students staf di Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan (DPK) UII
dan mendapatkan gaji bulanan, sebenarnya awal aku bisa bekerja disini cukup
unik, dan sebelumnya aku agak malu untuk menceritakan ini.
3 Tahun Menjadi Student
Staf
Jadi awal mula aku bisa berkesempatan bekerja di DPK
UII adalah ketika aku masih aktif di kegiatan kampus, ketika itu aku menjadi
ketua salah satu kepanitian dan aku mengajukan permohonan dana ke DPK UII,
sebelumnya staf-staf bahkan pimpinan disana telah mengenalku karena memang aku
sering berinteraksi dan membantu beberapa pekerjaan disana, bahkan pimpinan
disana adalah dosen pembimbing akademik (DPA) ku.
Ketika akan mengajukan dana kegiatan, aku mengantar
langsung prososal tersebut ke kantor DPK, disana para staf sedang makan pizza
dan menawariku sambil cerita bahwa salah satu student staf disana akan
berhenti dan mereka merasa butuh pengganti karena masih banyak kerjaan dan kekurangan
SDM, aku disarankan untuk mengajukan diri ke pimpinan DPK.
Saran tersebut langsung aku amini, tanpa berfikir
panjang aku langsung memberanikan diri untuk mengirimkan pesan secara personal
melalui WhatsApp kepada pimpinan DPK, diinfokan bahwa beliau akan menginfokan
nanti setelah mendapatkan konfirmasi pemunduran diri student staf sebelumnya,
selang 2-3 hari aku mendapatkan kabar bahwa aku diberikan kesempatan untuk
membantu di DPK.
Kesempatan yang berawal dari keberanian untuk
mengajukan diri menjadi Student Staf ternyata bertahan cukup lama, sejak
Mei 2019 sampai dengan Juni 2022 aku bekerja layaknya pegawai tetap di DPK UII,
padahal statusku hanyalah Student Staf, status tersebut bertahan sampai
dengan 1 tahun kelulusan kuliah ku pada November 2021.
Aku cukup bersyukur bisa berkesempatan untuk bekerja
di DPK UII, disana aku banyak belajar tentang dunia kerja, berinteraksi dengan
banyak pihak, berkomunikasi yang layak dengan pimpinan dan rekan kerja, belajar
cara menyampaikan ide dan pendapat, belajar cara menerima kritik dan saran baik
dari pimpinan dan rekan kerja, dan banyak hal lainnya.
Drama Mencari Kerja di Jakarta
Sesuai dengan harapan yang pernah impikan, kerja di Ibu
Kota Jakarta adalah menjadi cita-citaku setelah menyelesaikan masa studi di
Jogja, untuk merealisasikan harapan tersebut ternyata bukanlah hal yang mudah, banyak
halangan dan kegagalan yang harus aku lewati.
Punya pengalaman kerja dan pernah menyelesaikan
beberapa projek tadinya aku kira akan menjadi nilai tambah untuk bisa
mendapatkan pekerjaan yang sesuai harapan setelah dalam kurun waktu singkat,
ternyata drama mencari pekerjaan di Jakarta benar adanya, hal yang tadinya aku fikirkan
akan membantu pada kenyataannya tidak semudah itu.
Sejak lulus sampai pada akhirnya mendapatkan pekerjaan
sudah tidak terhitung berapa lowongan kerja yang aku submit, tiada hari tanpa apply
ke lowongan kerja yang sedang dibuka, era digitalisasi cukup membantuku
dalam hal mencari dan apply ke pekerjaan yang sesuai.
Ketika masi berdomisili di Jogja, aku merasa dari
banyak lowongan kerja yang aku apply
hanya sebagian kecil yang menindaklanjuti lamaranku ke tahapan berikut nya
seperti wawancara ataupun tahapan lain setelah proses administrasi.
Juni 2022 menjadi titik balik ketika pada akhirnya aku
bisa mengapai cita-citaku bekerja di Jakarta. Saat itu aku dinyatakan lolos
menjadi pegawai di Lembaga Pengembangan Perbangkan Indonesia (LPPI) setelah
melewai 5 tahapan tes yang telah aku laksanakan juga dengan penuh drama, dari mulai
perubahan jadwal wawancara yang mendadak sampai dengan harus bolak balik Jakarta-Jogja
yang hanya berjarak 1 minggu.
Drama Kerja di Jakarta
Setelah resmi menjadi pegawai di LPPI aku membayangkan
kehidupan sempurna dengan pekerjaan yang baik, ternyata hidup tidak semulus
itu, setiap moment akan ada saja drama-drama yang mungkin tidak diperkirakan,
ataupun sudah diperkirakan sebelumnya namun selalu mencoba untuk menyangkal.
Mohon maaf sebelumnya jika ada dari pembaca yang
merupakan dari pihak-pihak LPPI, kesan hari pertamaku saat masuk ke LPPI sudah
tidak baik, aku merasa seperti baru saja melakukan downgrade ruangan dan
fasilitas kerja, hal ini awalnya aku maklumi dengan harapan ada hal lain yang
bisa menyemangatiku.
Selang 1-2 bulan aku bekerja disana, aku merasakan
lingkungan kerja yang kurang nyaman, hal ini mungkin cukup relatif, karena jujur
banyak pegawai-pegawai yang menurutku keliatannya cukup nyaman bekerja disana sehingga
bertahan dalam kurun waktu yang tidak sebentar.
Salah satu contoh yang paling aneh murutku adalah
ketika ada proses meeting bersama direksi ketika telah menyelesaikan
pekerjaan, dan saran direksi sangat jauh dengan intruksi awal yang aku dapatkan
dari pimpinan divisi, sehingga aku beranggapan bahwa yang aku lakukan sebelumnya
seperti tidak ada harganya dengan mudahnya diubah, pimpinan divisiku juga tidak
memeberikan argument apapun untuk membela pekerjaaanku, bahwa mengatakan aku di
gaji untuk itu.
Pada akhirnya aku Kembali apply ke
lowongan-lowongan pekerjaan yang ada, saat CV ku berubah domisili di Jakarta
aku merasa seperti cukup banyak kesempatan wawancara yang diberikan, namun
tentu mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah, aku melewati silih berganti
wawancara sampai pada akhirnya diterima di tempat kerjaku hari ini.
Tenaga Progrmmer di Kementerian
Bekerja di kementerian adalah cita-cita ku yang
akhirnya terwujud, saat duduk di bangku kuliah aku pernah memilik mimpi untuk bekerjadi
instansi pemerinta ini, mimpiku sederhana, bisa mejadi pegawai di salah satu kementerian
yang kantornnya di Gedung tinggi, tidak harus menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Jalan pajang sampai pada akhirnya aku resmi menjadi
tenaga programmer di Kementerian PPN/Bappenas adalah bermula dari informasi
rekrumen Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN) tenaga tenaga programmer
di Biro Perencanaan, Organisasi dan Tata Laksana Kementerian PPN/Bappenas yang
aku dapatkan di beranda Linkedin.
Perlakukaan ku sama seperti sebelumnya ketika melihat informasi lowongan kerja yang sesuai, aku langsung mempersipkan berkas dan tanpa berlama-lama langsung apply. Setelah melewai beberapa tahapan seleksi pada akhirnya aku dinyatakan lolos selesai dan resmi menjadi pegawai di Kementerian PPN/Bappenas.
Selesai ditulis pada 24/05/2023 - 17.55 WIB di Kopi Kenangan, Ruko Mampang Business Park, Jakarta Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar