Cerita
ini tentu akan sangat menarik jika ada bagian yang menceritakan awal mula aku
bisa bersepada, prosesnya bagaimana, tepatnya pada umur berapa dan bahkan akan
sangat indah jika dokumentasi tersebut ada. Namun sayangnya semua hal tersebut
tidak ada, bahkan jujur aku lupa awal mula proses aku belajar bersepeda.
Kenanganku
dengan sepeda di saat kecil lebih ke beberapa kecelakaan kecil yang terjadi
saat aku sedang bersepeda, beberapa kenagan tersebut masih terbanyang dan
tergambarkan jelas diingatanku.
Pertama
adalah kecelakaan kecil yang membuat lututku terluka, ini terjadi pada saat
umurku masih cukup kecil, namun sayangnya aku lupa tepatnya diumur berapa
kejadian itu terjadi, tapi perkiraanku mungkin antara 4-6 tahun.
Baiklah,
ceritanya begini, ketika itu tepatnya di hari libur sekolah, aku bersama
keluarga ke rumah kami yang berada di daerah Keutapang (Aceh), saat itu aku
membawa sepeda kecilku dengan harapan bisa bersepeda disana. Saat sedang
bersepeda aku terjatuh dan lututku langsung terkena aspal sehingga aku
mengalami luka kecil.
Kecelakaan
kedua yang aku alami adalah saat umurku sudah sedikit lebih tua dibanding
sebelumnya, mungkin sekitar 6-8 tahun. Ketika itu kalo tidak salah pada sore
hari, aku bersepeda bersama teman-temanku di salah satu sekolah dasar (SD) yang
berada tidak jauh dari rumahku. Karena melihat teman-temanku bersepeda dengan
kencang, aku juga ikut termotivasi untuk bersepeda dengan kecepatan yang sama
dengan mereka, namun sialnya aku tidak memiliki skill yang mempuni, sehingga
terjatuh dan menyebabkan benjol di dahiku.
Cerita
kecelakaan sepeda terakhir yang masih aku ingat adalah yang terjadi ketika
umurku sekitar 7-9 tahun. Ketika itu aku bersepeda ke tempat les yang berada di
desa sebelah dari desaku, kecelakaan terjadi saat aku hendak belok di
pertigaan, kalo tidak salah ketika itu aku salah mengambil jalan, atau
bagaiamana sampai pada akhirnya ada motor yang menabrak ban sepedaku, namun
syukurnya motor tersebut berjalan pelan sehingga kecelaan yang terjadi tidak
parah, dan Alhamdulillah aku juga baik-baik saja.
3
Tahun Bersepeda di Masa SMP
Setelah
menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar, aku memutuskan untuk melanjutkan
pendidikan di Pasantren yang letaknya relatif deket dengan rumahku jaraknya
hanya sekitar 1,5 KM. Karena jaraknya cukup deket, aku dan beberapa teman yang
tinggal tidak jauh dari pasantren diizinkan untuk makan di rumah, sehingga
setiap jam makan kami diizinkan pulang untuk makan di rumah masing-masing.
Jarak
1,5 KM memang tidak terlalu jauh, namun tidak dekat juga jika harus berjalan
kaki, estimasi waktu yang dibutuhkan sekitar 15-20 menit jika berjalan kaki,
sedangkan jika bersepeda hanya membutuhkan waktu sekitar 5-10 menit.
Ada
tiga fakta unik dan aku rasa cukup menarik untuk terus dikenang berkaitan
dengan sepeda dan masa SMP ku. Pertama adalah sepeda yang aku pakai di masa itu
adalah sepeda milik sepupuku yang kebetulan dia sudah tidak lagi menggunakan
sepeda tersebut. Sepeda tersebut masih cukup aku ingat, sepeda jenis BMX
bewarna hitam ditambah dengan stiker batman.
Hal
unik berikutnya adalah, parkiran sepeda yang aku pakai saat sampai ke pasantren
bukanlah di dalam komplek pasantren tersebut, melainkan di rumah yang lokasinya
berdekatan dengan pasantren tersebut. Ada banyak alasan mengapa aku dan juga
temanku yang mengendarai sepeda lebih memilih parkir di luar, salah satunya
adalah karena pernah kejadian sepeda kami digunakan oleh senior untuk keluar
dari pasantren.
Fakta
berikutnya yang tidak kalah menarik adalah, ada masanya ketika aku duduk di
kelas IX, setelah makan siang dari rumah dan hendak balik ke pasantren aku
tidak bersepeda, melainkan menggunakan motor, celakanya ketika itu salah satu
ustad melihatku dan malam tersebut langsung aku dipanggil dan hampir saja
mendapatkan hukuman botak. Namun hukuman tersebut dibatalkan, dan sebagai
pengantinya orang tuaku di panggil.
SMA
– Kuliah, Masa-masa Jauh dari Sepeda
Di
periode ini aku benar-benar jauh dengan sepeda, alasan utamannya memang karena
ketika itu aku tidak memiliki sepeda dan sama sekali tidak ada keinginan untuk
memilki sepeda, apalagi rutin bersepeda. Namun pada akhirnya rasa untuk
memiliki sepeda muncul ketika aku berkuliah, mungkin sekitar tahun ketiga
kuliah.
Momen
yang paling aku ingat, yang membuatku mulai tertarik untuk bersepeda bahkan
memilki sepeda adalah ketika sedang mengikuti kegiatan yang berlokasi di salah
satu villa di Kaliurang. Lokasi vila tersebut di samping jalan raya, sehingga
ketika sedang berada di balkon atas vila, aku bisa melihat dengan jelas orang-orang
yang bersepeda ke kaliurang.
Keinginan
untuk memilki sepeda dan bersepeda di jalur wisata kaliurang mulai masuk
kedalam daftar mimpiku ketika itu. Mimpi tersebut terwujud di tahun keempat
kuliah, aku memiliki tabungan dan berkesempatan untuk membeli sepeda.
Jogja,
Bersepeda Setiap Akhir Pekan
Aku
mulai rutin bersepeda di Jogja sejak awal tahun 2020, ini hanya berjarak
beberapa bulan sebelum banyaknya pesepeda karena faktor pandemi covid-19. Harga
sepeda ketika aku beli sebelum covid-19 masih normal sebelum naik, karena
permintaan terhadap sepeda cukup tinggi di era covid.
Sejak
awal memiliki sepeda sampai akhir aku tinggal di Jogja, bisa dikatakan aku
cukup rutin bersepeda di weekend, baik itu hari sabtu ataupun minggu.
Rute bersepedaku juga cukup beragam, walaupun sebenarnya, acap kali aku
bersepeda dengan rute yang sama setiap minggu sebelum akhirnya menemukan rute
terbaru.
Jika
dirangkum rute bersepedaku selama di jogja pada setiap weekend adalah sebagai
berikut. Pertama, di awal-awal aku memiliki sepeda, aku sepering bersepeda
antara ke urara atau selatan kos ku. Rute utaraku mulai dari kosku di Jl.
Kaliurang km.9 sampai dengan pintu wisata kaliurang di km.24, namun setelah aku
rutin bersepeda jarak bersepeda ku bisa mencapai ke goa jepang yang sepertinya
menjadi bagian paling atas di wisata kaliurang.
Sedangkan
jarak bersepedaku di arah selatan kosku adalah, mulai dari kosku sampai dengan alun-alun
selatan kota Jogja. Setelah mencapai alun-alun selatan, aku cupuk sering naik
ke plengkung gading dan bersantai disana. Suasananya cukup nyaman untuk bersantai
sembari mendengarkan musik dengan earphone.
Rute
berikutnya yang menjadi andalanku sampai akhirnya aku meninggalkan jogja adalah
rute ke arah timur. Rute ini dimulai dari kosku, melewati kalasan sampai ke
candi prambanan, kemudian dari candi prambanan mengikuri arah jalan raya ke
arah kota Jogja, sampai ke tugu jogja, kemudian terus berjalan ke arah barat
sampai ke godean, dan sesampai di ring road barat aku mengikuti jalan ke arah
jombor, dan belok utara ke jl magelang dan akhirnya kembali ke kos melalui
jalan gito-gati.
Jika
di total, jarak tersebut relatif jauh juga. Biasanya aku tidak full terus berseped,
namun bisasanya aku berhenti untuk beristirahat dan sarapan di salah satu
warung makan di jl. Solo. Disana biasanya aku memasan empal, yang menururku
adalah empal yang cukup enak.
Sebenarnya
juga ada cerita unik tentang sepeda dan jogja, ini terjadi ada yang sebelum dan
juga ada yang sesudah aku memiki sepeda. Cerita unik sebelum aku memiliki
sepeda adalah, aku dan teman kosku yang memiliki sepeda jenis ontel, kami
pernah boncengan sepeda dari kos sampai ke malioboro, kosku sendiri berada di
Jl. Kaliurang km.9, jaraknya ke maliobor sekitar 8-10 km.
Sedangkan
salah satu cerita unik yang pernah aku alami setelah memiliki sepeda adalah,
aku pernah bersepeda di siang hari dengan jarah yang cukup jauh. Cerita detailnya
adalah ketika itu, aku kerja normal seperti biasa, namun menjelang siang hari,
laptopku bermasalah, laptopku cukup lelet ketika itu, kalo tidak salah inget
karena faktor akan update windows.
Selain
karena laptop lelet, ada beberapa hal yang membuatku cukup strees siang itu, sampai
pada akhirnya aku memutuskan untuk izin pulang, dengan alasan aku juga tidak
bisa kerja dengan kondisi laptop yang seperti ini. Sesampai di kos, aku
langsung memutuskan untuk bersepeda dengan target new high record untuk
jarak.
Jika
diingat-ingat, faktor pendukung yang membuat aku memutuskan untuk bersepeda di
siang hari dengan target jarang terjauh dari sebelum-sebelumnya adalah dari Series
Startup di Netflix, di series terserbut digambarkan, bahwa salah satu tokoh
utamanya bersepeda dengan jarak yang jukup jauh ketika sedang strees.
Jarak
bersepeda yang aku tempuh ketika itu munkin mencapai 60-80 km. Bagi beberapa pesepeda
ini memang bukanlah jarah yang bisa dikatakan jauh, namun bagiku ini adalah pencapain
baru dalam aku bersepeda. Jarak tempuh ku ketika itu adalah dari kosku sampai
ke RS UII bantul.
Kerja
di Jakarta dan Full Bersepeda
Salah
satu faktor yang mebuatku semakin jenuh kerja dan tinggal di Jogja adalah
mengendarai motor, walaupun ada beberapa faktor lain yang lebih relevan, namun
faktor yang aku sebutkan tadi benar adannya. Hal ini yang membuatku berupaya
sebisa mungkin untuk tidak memiliki motor di Jakarta, namun berusaha untuk
istiqomah dengan bersepeda dan menggunakan transportasi umum.
Sepeda
yang aku beli di Jogja di tahun 2020 lalu ikut aku bawa ke Jakarta, sepeda
tersebut adalah satu-satunya kendaraan pribadiku disini. Aku berusaha sebisa mungkin
untuk konsisten bersepeda untuk ke tujuan-tujuan yang bisa aku capai dengan
sepeda, termasuk saat artikel ini aku selesaikan (17/09), aku bersepeda dari
kosku di kemang ke Blok M.
Ke
kantor setiap paginya aku juga bersepeda dari kosku. Jaraknya bisa dikatakan
cukup dekat apabila bersepeda, mungkin tidak sampai 1 km. Saat ini keliatanya
aku satu2nya pegawai di kantorku yang besepeda ke kantor, kadang ada rasa bangga
di diriku karena bisa bersepeda dan menjadi beda dengan pegawai lain, namun
juga kadang ada rasa dalam tanda kutip “malu” karena bersepeda. Namun rasa
bangga keliatannya lebih mendominasi sehingga aku biasa saja sudah bersepeda ke
kantor.
Selain
bersepeda untuk ke kantor aku juga bersepeda untuk menuju tempat-tempat tujuanku
yang jaraknya tidak jauh dari kosku. Di weekend aku juga menyempatkan diri
untuk bersepeda di car free day jl sudirman. Bersepeda di jakarta juga pernah
menjadi mimpiku sebelum akhirnya saat ini tercapai, sama halnya seperti ketika
aku berminpi untuk bisa bersepeda di kaliurang.
Mimpiku
saat ini adalah aku bisa konsisten untuk bersepeda selama di jakarta dan tidak
tergoda untuk memiliki kendaraan pribadi kecuali memang sudah amat sangat dibutuhkan.
Ditulis
di Janji Jiwa X Kemang 10 pada 17 Agustus 2022 dan diselesaikan di Kopi Kenangan
Blok M Pasaraya pada 17 September 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar