Sabtu, 17 September 2022

Cerita di Balik Sepeda

Cerita ini tentu akan sangat menarik jika ada bagian yang menceritakan awal mula aku bisa bersepada, prosesnya bagaimana, tepatnya pada umur berapa dan bahkan akan sangat indah jika dokumentasi tersebut ada. Namun sayangnya semua hal tersebut tidak ada, bahkan jujur aku lupa awal mula proses aku belajar bersepeda.

Kenanganku dengan sepeda di saat kecil lebih ke beberapa kecelakaan kecil yang terjadi saat aku sedang bersepeda, beberapa kenagan tersebut masih terbanyang dan tergambarkan jelas diingatanku.

Pertama adalah kecelakaan kecil yang membuat lututku terluka, ini terjadi pada saat umurku masih cukup kecil, namun sayangnya aku lupa tepatnya diumur berapa kejadian itu terjadi, tapi perkiraanku mungkin antara 4-6 tahun.

Baiklah, ceritanya begini, ketika itu tepatnya di hari libur sekolah, aku bersama keluarga ke rumah kami yang berada di daerah Keutapang (Aceh), saat itu aku membawa sepeda kecilku dengan harapan bisa bersepeda disana. Saat sedang bersepeda aku terjatuh dan lututku langsung terkena aspal sehingga aku mengalami luka kecil.

Kecelakaan kedua yang aku alami adalah saat umurku sudah sedikit lebih tua dibanding sebelumnya, mungkin sekitar 6-8 tahun. Ketika itu kalo tidak salah pada sore hari, aku bersepeda bersama teman-temanku di salah satu sekolah dasar (SD) yang berada tidak jauh dari rumahku. Karena melihat teman-temanku bersepeda dengan kencang, aku juga ikut termotivasi untuk bersepeda dengan kecepatan yang sama dengan mereka, namun sialnya aku tidak memiliki skill yang mempuni, sehingga terjatuh dan menyebabkan benjol di dahiku.

Cerita kecelakaan sepeda terakhir yang masih aku ingat adalah yang terjadi ketika umurku sekitar 7-9 tahun. Ketika itu aku bersepeda ke tempat les yang berada di desa sebelah dari desaku, kecelakaan terjadi saat aku hendak belok di pertigaan, kalo tidak salah ketika itu aku salah mengambil jalan, atau bagaiamana sampai pada akhirnya ada motor yang menabrak ban sepedaku, namun syukurnya motor tersebut berjalan pelan sehingga kecelaan yang terjadi tidak parah, dan Alhamdulillah aku juga baik-baik saja.

Sepeda Saya di Jogja (Dokumentasi Pribadi)

3 Tahun Bersepeda di Masa SMP

Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar, aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Pasantren yang letaknya relatif deket dengan rumahku jaraknya hanya sekitar 1,5 KM. Karena jaraknya cukup deket, aku dan beberapa teman yang tinggal tidak jauh dari pasantren diizinkan untuk makan di rumah, sehingga setiap jam makan kami diizinkan pulang untuk makan di rumah masing-masing.

Jarak 1,5 KM memang tidak terlalu jauh, namun tidak dekat juga jika harus berjalan kaki, estimasi waktu yang dibutuhkan sekitar 15-20 menit jika berjalan kaki, sedangkan jika bersepeda hanya membutuhkan waktu sekitar 5-10 menit.

Ada tiga fakta unik dan aku rasa cukup menarik untuk terus dikenang berkaitan dengan sepeda dan masa SMP ku. Pertama adalah sepeda yang aku pakai di masa itu adalah sepeda milik sepupuku yang kebetulan dia sudah tidak lagi menggunakan sepeda tersebut. Sepeda tersebut masih cukup aku ingat, sepeda jenis BMX bewarna hitam ditambah dengan stiker batman.

Hal unik berikutnya adalah, parkiran sepeda yang aku pakai saat sampai ke pasantren bukanlah di dalam komplek pasantren tersebut, melainkan di rumah yang lokasinya berdekatan dengan pasantren tersebut. Ada banyak alasan mengapa aku dan juga temanku yang mengendarai sepeda lebih memilih parkir di luar, salah satunya adalah karena pernah kejadian sepeda kami digunakan oleh senior untuk keluar dari pasantren.

Fakta berikutnya yang tidak kalah menarik adalah, ada masanya ketika aku duduk di kelas IX, setelah makan siang dari rumah dan hendak balik ke pasantren aku tidak bersepeda, melainkan menggunakan motor, celakanya ketika itu salah satu ustad melihatku dan malam tersebut langsung aku dipanggil dan hampir saja mendapatkan hukuman botak. Namun hukuman tersebut dibatalkan, dan sebagai pengantinya orang tuaku di panggil.

 

SMA – Kuliah, Masa-masa Jauh dari Sepeda

Di periode ini aku benar-benar jauh dengan sepeda, alasan utamannya memang karena ketika itu aku tidak memiliki sepeda dan sama sekali tidak ada keinginan untuk memilki sepeda, apalagi rutin bersepeda. Namun pada akhirnya rasa untuk memiliki sepeda muncul ketika aku berkuliah, mungkin sekitar tahun ketiga kuliah.

Momen yang paling aku ingat, yang membuatku mulai tertarik untuk bersepeda bahkan memilki sepeda adalah ketika sedang mengikuti kegiatan yang berlokasi di salah satu villa di Kaliurang. Lokasi vila tersebut di samping jalan raya, sehingga ketika sedang berada di balkon atas vila, aku bisa melihat dengan jelas orang-orang yang bersepeda ke kaliurang.

Keinginan untuk memilki sepeda dan bersepeda di jalur wisata kaliurang mulai masuk kedalam daftar mimpiku ketika itu. Mimpi tersebut terwujud di tahun keempat kuliah, aku memiliki tabungan dan berkesempatan untuk membeli sepeda.

 

Jogja, Bersepeda Setiap Akhir Pekan

Aku mulai rutin bersepeda di Jogja sejak awal tahun 2020, ini hanya berjarak beberapa bulan sebelum banyaknya pesepeda karena faktor pandemi covid-19. Harga sepeda ketika aku beli sebelum covid-19 masih normal sebelum naik, karena permintaan terhadap sepeda cukup tinggi di era covid.

Sejak awal memiliki sepeda sampai akhir aku tinggal di Jogja, bisa dikatakan aku cukup rutin bersepeda di weekend, baik itu hari sabtu ataupun minggu. Rute bersepedaku juga cukup beragam, walaupun sebenarnya, acap kali aku bersepeda dengan rute yang sama setiap minggu sebelum akhirnya menemukan rute terbaru.

Jika dirangkum rute bersepedaku selama di jogja pada setiap weekend adalah sebagai berikut. Pertama, di awal-awal aku memiliki sepeda, aku sepering bersepeda antara ke urara atau selatan kos ku. Rute utaraku mulai dari kosku di Jl. Kaliurang km.9 sampai dengan pintu wisata kaliurang di km.24, namun setelah aku rutin bersepeda jarak bersepeda ku bisa mencapai ke goa jepang yang sepertinya menjadi bagian paling atas di wisata kaliurang.

Sedangkan jarak bersepedaku di arah selatan kosku adalah, mulai dari kosku sampai dengan alun-alun selatan kota Jogja. Setelah mencapai alun-alun selatan, aku cupuk sering naik ke plengkung gading dan bersantai disana. Suasananya cukup nyaman untuk bersantai sembari mendengarkan musik dengan earphone.

Rute berikutnya yang menjadi andalanku sampai akhirnya aku meninggalkan jogja adalah rute ke arah timur. Rute ini dimulai dari kosku, melewati kalasan sampai ke candi prambanan, kemudian dari candi prambanan mengikuri arah jalan raya ke arah kota Jogja, sampai ke tugu jogja, kemudian terus berjalan ke arah barat sampai ke godean, dan sesampai di ring road barat aku mengikuti jalan ke arah jombor, dan belok utara ke jl magelang dan akhirnya kembali ke kos melalui jalan gito-gati.

Jika di total, jarak tersebut relatif jauh juga. Biasanya aku tidak full terus berseped, namun bisasanya aku berhenti untuk beristirahat dan sarapan di salah satu warung makan di jl. Solo. Disana biasanya aku memasan empal, yang menururku adalah empal yang cukup enak.  

Sebenarnya juga ada cerita unik tentang sepeda dan jogja, ini terjadi ada yang sebelum dan juga ada yang sesudah aku memiki sepeda. Cerita unik sebelum aku memiliki sepeda adalah, aku dan teman kosku yang memiliki sepeda jenis ontel, kami pernah boncengan sepeda dari kos sampai ke malioboro, kosku sendiri berada di Jl. Kaliurang km.9, jaraknya ke maliobor sekitar 8-10 km.

Sedangkan salah satu cerita unik yang pernah aku alami setelah memiliki sepeda adalah, aku pernah bersepeda di siang hari dengan jarah yang cukup jauh. Cerita detailnya adalah ketika itu, aku kerja normal seperti biasa, namun menjelang siang hari, laptopku bermasalah, laptopku cukup lelet ketika itu, kalo tidak salah inget karena faktor akan update windows.

Selain karena laptop lelet, ada beberapa hal yang membuatku cukup strees siang itu, sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk izin pulang, dengan alasan aku juga tidak bisa kerja dengan kondisi laptop yang seperti ini. Sesampai di kos, aku langsung memutuskan untuk bersepeda dengan target new high record untuk jarak.

Jika diingat-ingat, faktor pendukung yang membuat aku memutuskan untuk bersepeda di siang hari dengan target jarang terjauh dari sebelum-sebelumnya adalah dari Series Startup di Netflix, di series terserbut digambarkan, bahwa salah satu tokoh utamanya bersepeda dengan jarak yang jukup jauh ketika sedang strees.

Jarak bersepeda yang aku tempuh ketika itu munkin mencapai 60-80 km. Bagi beberapa pesepeda ini memang bukanlah jarah yang bisa dikatakan jauh, namun bagiku ini adalah pencapain baru dalam aku bersepeda. Jarak tempuh ku ketika itu adalah dari kosku sampai ke RS UII bantul.

 

Kerja di Jakarta dan Full Bersepeda

Salah satu faktor yang mebuatku semakin jenuh kerja dan tinggal di Jogja adalah mengendarai motor, walaupun ada beberapa faktor lain yang lebih relevan, namun faktor yang aku sebutkan tadi benar adannya. Hal ini yang membuatku berupaya sebisa mungkin untuk tidak memiliki motor di Jakarta, namun berusaha untuk istiqomah dengan bersepeda dan menggunakan transportasi umum.

Sepeda yang aku beli di Jogja di tahun 2020 lalu ikut aku bawa ke Jakarta, sepeda tersebut adalah satu-satunya kendaraan pribadiku disini. Aku berusaha sebisa mungkin untuk konsisten bersepeda untuk ke tujuan-tujuan yang bisa aku capai dengan sepeda, termasuk saat artikel ini aku selesaikan (17/09), aku bersepeda dari kosku di kemang ke Blok M.

Ke kantor setiap paginya aku juga bersepeda dari kosku. Jaraknya bisa dikatakan cukup dekat apabila bersepeda, mungkin tidak sampai 1 km. Saat ini keliatanya aku satu2nya pegawai di kantorku yang besepeda ke kantor, kadang ada rasa bangga di diriku karena bisa bersepeda dan menjadi beda dengan pegawai lain, namun juga kadang ada rasa dalam tanda kutip “malu” karena bersepeda. Namun rasa bangga keliatannya lebih mendominasi sehingga aku biasa saja sudah bersepeda ke kantor.

Selain bersepeda untuk ke kantor aku juga bersepeda untuk menuju tempat-tempat tujuanku yang jaraknya tidak jauh dari kosku. Di weekend aku juga menyempatkan diri untuk bersepeda di car free day jl sudirman. Bersepeda di jakarta juga pernah menjadi mimpiku sebelum akhirnya saat ini tercapai, sama halnya seperti ketika aku berminpi untuk bisa bersepeda di kaliurang.

Mimpiku saat ini adalah aku bisa konsisten untuk bersepeda selama di jakarta dan tidak tergoda untuk memiliki kendaraan pribadi kecuali memang sudah amat sangat dibutuhkan.

 

Ditulis di Janji Jiwa X Kemang 10 pada 17 Agustus 2022 dan diselesaikan di Kopi Kenangan Blok M Pasaraya pada 17 September 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar