Sejak
tahun 2014 (10 Tahun Tsunami Aceh), aku mulai dan mencoba terus konsisten untuk
menulis artikel tentang Tsunami Aceh, tulisan tersebut aku publikasikan di blog
ini tepat pada tanggal 26 Desember setiap tahunnya. Ritual sederhana ini bukan
tanpa alasan, selain menjadi bahan refleksi, menulis adalah cara terbaik untuk
terus mengingat, dalam hal ini adalah mengingay musibah dahsyat yang pernah terjadi
24 Desember 2004 silam di Aceh.
Konsisten
untuk melakukan sesuatu memang bukan hal mudah, termasuk sekedar menulis satu
tema yang sama satu kali setiap tahun. Hal tersebutlah yang aku rasakan pada
tahun 2017 dan 2018 yang pada akhirnya 2 tahun tersebut aku harus absen
mempublikasikan tulisan ku tentang Tsunami Aceh di blog ku ini.
Tahun
2021 ini aku telah memulai untuk menulis tentang 17 tahun Tsunami Aceh sejak 2
minggu sebelum akan dipublikasikan pada
26 Desember 2021. Aku berangapan, semakin cepat memulai, maka
kemungkinan untuk tidak menyelesaikan jauh lebih kecil, selain itu juga akan
jauh lebih meringankan jika bisa dicicil dikit demi sedikit.
Tsunami
Aceh 17 tahun silam memang memberikan kesan yang luar biasa, aku kira hal yang
sama juga dirasakan oleh mayoritas masyarakat Aceh baik yang terdampak langsung
ataupun tidak. Guncangan dahsyat dan gelombang air laut tersebut dalam seketika
meluluhlantahkan sebagian Aceh.
Alhamdulillah
aku dan keluarga ketika itu tidak merasakan langsung gelombang tsunami, hanya
saja gempa yang terjadi sebelum kejadian tsunami amat sangat terasa, dan
menjadi gempa pertama dalam sejarah hidup yang aku rasakan.
Gambaran
kejadian di hari Minggu, 26 Desember 2004 silam masih amat jelas diingatan ku.
Sebenarnya aku bukanlah type orang yang mudah mengingat kejadian tertentu,
nanun kejadian tsunami masih jelas diingatanku, saat dimana aku dan keluargaku
berlarian keluar rumah saat guncangan gempa terjadi.
Setelah
guncangan gempa dahsyat tersebut, listrik dan jaringan telepon langsung mati
total, tak ada informasi apapun yang kami dapatkan sampai beberapa saat setalah
gempa dan kami sekeluarga masih berada di luar rumah karena takut terjadi gempa
susulan. Selang beberapa saat, salah satu warga desa memberikan kabar bahwasannya
di kota air laut telah naik ke daratan. Beberapa jam setelah itu hujan pun
turun dan membuat kami kembali ke dalam rumah namun, tetap di area dekat pintu
keluar yaitu ruang tamu dan teras.
Memori
lainnya yang masih cukup aku ingat adalah ketika ada isu tsunami susulan, yang
membuat panik luar biasa dan aku dan keluarga besarku langsung bergegas untuk
menuju ke dataran tinggi. Hal unik ketika itu adalah aku langsung memasukan playstation
(PS) ke dalam kotak dan membawa PS tersebut ikut.
Itulah
beberapa ingatan ku terkait kejadian Tsunami Aceh tahun 2004 silam, jika
direfleksikan lebih lanjut, dibalik musibah yang maha dahsyat tersebut, ada
banyak hal yang patut aku syukuri.
1.
Alhamdulillah, keluargaku masih lengkap
Hal
yang amat aku syukuri dibalik musibah tsunami Aceh 2004 silam adalah,
Alhamdulillah keluargaku masih lengkap. Tidak sedikit dari saudara, teman dan
kenalanku yang harus merasakan kehilangan orang terkasihnya akibat musibah
tsunami Aceh 2004 silam.
Dari lubuk hati yang amat dalam, tentu kita semua ikut berbelasungkawa untuk semua korban, dan kita doakan semoga semua korban diterima disisi Allah SWT, Al-fatihah…
2.
Alhamdulillah, tsunami tidak sampai ke daerahku
Sungguh tidak terbayangkan bagiaman jika tsunami sampai ke daerahku, hal ini juga yang amat patut aku syukuri, Alhamdulillah tsunami tidak sampai ke daerahku. Begitu banyak cerita dan video yang tersebar setelah musibah tersebut, yang sungguh menakutkan.
3.
Alhamdulillah, rumahku masih aman
Akibat musibah tsunami begitu banyak rumah yang hancur tanpa sisa. Sampai hari ini masih bisa kita lihat foto-foto di internet akibat tsunami Aceh 17 tahun silam, bagiaman ketika itu daerah yang terdapak hancur rata, rumah-rumah hancur sehingga begitu banyak orang-orang yang terpaksa harus tinggal di tenda penggungsian, barak ataupun mengungsi di rumah-rumah saudara.
Kadang
sering kali kita umat manusia lupa bersyukur atas segala nikmat dan berkah yang
diberikan oleh Allah SWT kepada kita semua. Tidak jarang kita mengeluh,
merasakan apa yang terjadi kepada kita adalah hal yang berat, padahal dibalik
itu semua kita sering kali mendapatkan nikmat yang lupa kita syukuri.
Pertama
kali ditulis pada 12 Desember 2021 dan dilanjutkan pada 25 Desember 2021 di
Janji Jiwa Jilid 905 (Palagan), diselesaikan di Kos pagi minggu 26 Desember
2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar