Selasa, 17 Agustus 2021

Merdeka Bersama Vaksin

Sampai dengan hari ini (17/8) pandemi COVID-19 masih menjadi isu penting di Indonesia. Bertepatan dengan HUT Ke-76 RI, ternyata kita “belum” seutuhnya bisa merdeka dari pandemi yang telah berlangsung hampir 2 tahun ini. Namun begitu, dengan adanya vaksin sedikit banyak memberikan optimisme dan keyakinan lebih bahwa kita akan merdeka (dari COVID-19) bersama vaksin.

Kata belum pada paragraf pertama sengaja diberi tanda petik untuk menekankan bahwa “belum” adalah masih dalam keadaan tidak (--sesuai dengan makna di KBBI), namun  begitu memiliki peluang akan terjadi. Sehingga harapannya dengan optimisme ini, hal yang diharapkan terjadi yaitu merdeka dari pandemi bisa sesegera mungkin terwujud salah satunya dengan melakukan vaksinasi.

sumber foto : freepik.com

Menurut info dari covid19.go.id (portal informasi COVID-19 resmi pemerintah Indonesia) disebutkan bahwa Vaksin COVID-19 bukanlah obat, sehingga diberikan pada orang yang sehat untuk mencegah penyakit tertentu (dalam hal ini COVID-19) menjangkiti orang tersebut. Vaksin merupakan bentuk pencegahan yang berfungsi mendorong pembentukan kekebalan tubuh spesifik pada penyakit COVID-19 agar terhindar dari tertular atau kemungkinan sakit berat.

Artikel tentang vaksin ini pada akhirnya menjadi menarik untuk aku tulis karena beberapa hal unik yang telah aku lalui. Dimulai saat aku menjadi petugas vaksin namun tidak mendapatkan jatah untuk divaksin, kemudian setelah divaksin sempat kontak erat dengan teman yang akhirnya terkonfirmasi positif COVID-19, dan yang terakhir adalah membahas vaksin dengan mereka yang belum bisa percaya dengan vaksin.
 

Petugas Vaksin yang tidak Divaksin

Sekitar 2 bulan setelah vaksinasi kedua yang dilakukan oleh presiden Jokowi pada 27 Januari 2021, Universitas Islam Indonesia (UII) didukung oleh Kementerian Kesehatan pada 30 Maret 2021 mendapat kesempatan untuk menyelengarakan vaksinasi tahap pertama untuk Dosen, Tenaga Kependidikan (Tendik), Purna Tugas serta lansia yang berdomisili di sekitar kampus UII.

Karena merasa telah menjadi bagian dari Tendik UII (padahal hanya staf tanpa status), aku merasa ikut berhak untuk mendapatkan jatah vaksin. Ternyata harapanku pupus, hilang bersama angan-angan, namaku tidak tercatat sebagai penerima vaksin karena aku tidak tercatan sebagai staf di data pegawai milik Direktorat Organisasi dan Sumber Daya Manusia (OSDM).

Namun begitu dalam pelaksanaan vaksinasi massal tersebut, aku mendapat kesempatan untuk menjadi bagian dari tim yang bertugas melakukan pencatatan (
input) data hasil observasi setelah peserta selesai melakukan suntik vaksin di sistem pemerintah. Hasil observasi yang di input adalah, apakah peserta memiliki keluhan atau tidak setelah divaksin.

Kekecewaanku kembali saat hari menjadi petugas vaksin dan melihat ada beberapa teman yang statusnya sama seperti aku tapi dapat kesempatan vaksin. Namun pada akhirnya aku harus berdamai dengan keadaan apapun itu, aku mencoba mencari pembenaran yang bisa menguatkan, seperti
“Vaksin untuk saat ini tidaklah terlalu penting, jika dipaksakan mungkin saja akan ada efek samping, oleh karen itu lebih baik sabar”.

Pada pelaksanaan vaksinasi massal tahap kedua di UII, aku masih mendapatkan kesempatan untuk menjadi petugas vaksin dengan tugas yang sama. Disini aku sama sekali tidak memikirikan dan tidak lagi memiliki keinginan untuk divaksin, namun tanpa disangka ternyata pada akhir pelaksanaan vaksinasi di hari tersebut masih ada vaksin yang tersisa karena ada beberapa perserta yang tidak hadir, sehingga vaksin tersebut bisa aku gunakan.

Efek yang aku rasakan setelah divaksin tahap pertama adalah lapar, sedikit pusing dan demam sebentar, disini aku merasa wajar karena memang menurut cerita yang lain juga merasakan efek yang sama, ditambah pada hari tersebut aku bertugas dari jam 7 pagi dan sedang menjalankan ibadah puasa, karena memang saat itu sedang bulan ramadhan.

Vaksinasi tahap kedua aku lakukan di puskesmas dekat kosku. Awalnya aku sedikit khwatir, takut tidak mendapatkan jatah vaksin kedua karena pada hari itu (jadwal vaksinasi keduaku) info dari pihak puskesmas seingatku jatah hari tersebut sudah habis, silahkan kembali besok dengan melakukan konfirmasi sebelumnya. Pada hari berikutnya, setelah melakukan konfirmasi aku lanhsung ke Puskesmas dan
alhmadulillah aku mendpatkan jatah vaksin kedua. 

Kontak Erat Sebelum Positif COVID-19

Setelah 2 bulan dari masa vaksinasi tahap kedua yaitu sekitar bulan Juni atau Juli 2021, aku sempat melakukan kontak dengan beberapa rekan yang pada akhirnya dinyatakan positif COVID-19. Pertama adalah saat shalat aku menjadi makmum dan rekan tersebut menjadi imam, 1-2 hari setelah itu, aku mendapat kabar bahwa yang besangkutan dinyatakan positif, seketika imunku langsung turun dan aku memutuskan untuk SWAB antigen, dan alhamdulillah hasilnya negatif.

Kontak kedua yang aku lakukan sama seperti sebelumnya, kami melakukan shalat jamaan dan sempat ngorbrol namun tetap dengan protokol kesehatan yang lengkap. Beberapa hari setelah itu aku mendapatkan info bahwa rekan tersebut terkonfirmasi positif COVID-19, sama seperti sebelumnya, namun kali ini aku bersama satu teman lain langsung melakukan SWAB antigen, dan
alhamdulillah hasilnya kembali negatif.

Terakhir bisa dikatakan aku melakukan kontak erat dengan rekan tersebut, rekan yang dimaksud adalah teman yang aku sebutkan pada paragraf sebelum ini. Hari itu sembari menunggu hasil tes SWAB antigen, kami menunggu di kamar kos ku, ngobrol tanpa masker dan hanya sedikit menjaga jarak.

Hasil SWAB antigen teman tersebut juga negatif, namun selang 2 hari setelah itu, dia chat dan bertanya apakah aku memiki gejala. Singkat cerita, ternyata dia merasakan gejala dan pada saat tes PCR dinyatakan positif COVID-19. Setiap mendapat info kondisi teman tersebut imunku langsung selalu turun, hal ini karena aku sadar beberapa hari yang lalu kontak erat dengan dia, dan bisa saja tiba-tiba aku gejala dan sebagainya, sampai di satu malam aku flu dan merasakan anosmia (hilang penciuman) namun syukurnya itu tidak berlangsung lama.

Akhirnya aku berkesimpulan bahwa kemungkinan besar kondisi tubuhku bisa tetap normal dan imun ku terjaga karna aku telah di vaksin, dan hal itu membuatku banyak bersyukur karena yang awalnya tidak terdaftar untuk divaksin, dan mendapatkan jatah vaksin dari vaksin lebih yang tidak digunakan oleh peserta yang tidak terdaftar.
 

Mereka yang Belum Percaya dengan Vaksin  

Cerita ini sebenarnya sudah aku ceritakan ke bebapa orang, terlebih kedapa mereka yang belum bisa percaya sepenuhnya dengan vaksin, belum bisa percaya bahwa ada kesempatan untuk merdeka dari COVID-19 dengan vaksin. Benar memang semua hal yang terjadi atas kehendak Allah SWT, mereka yang vaksin juga bisa memiliki gejala begitu sebaliknya, mereka yang tidak vaksi tidak memiliki gejala. Namun tugas kita sebagai manuasia adalah berusaha, salah satu bentuk usaha adalah dengan melakukan vaksin.

Sayangnya belum semua orang bisa percaya dengan vaksin, hal ini berdasarkan percakapan aku dengan seorang teman, yang mengatakan bahwa tidak akan mau vaksin jika memang masih ada kesempatan untuk tidak vaksin.

Tentu begitu banyak informasi yang simpang siur (atau bisa disebut HOAX) terkait vaksin, dari sebelum kemunculannya saja, sudah ada info-info yang mengatakan bahwa nantinya vaksin COVID-19 akan mengandung
Mikrocip Magnetis, ada juga yang mengatakan bahwa vaksin cara untuk memperkecil jumlah penduduk, yang artinya setelah di vaksin, kemungkinan orang tersebut akan sulit memperoleh keturunan, dan info lain sebagainya.

Pemerintah baik pusat maupun daerah telah bekerja keras untuk penanganan COVID-19 salah satunya adalah dengan merealokasi dana triliun rupiah untuk penanganan COVID-19, termasuk untuk pengadaan dan penyelengaraan vaksinasi massal diberbagai wilayah di Indonesia. Hari ini untuk menemukan lokasi vaksinasi tidaklah sulit, berbagai Lembaga, instansi, organanisasi menyelegarakan vaksinasi massal.

Pada akhirnya, semua kembali ke masing-masing individu, fasilitas vaksinasi telah tersedia, mari gunakan kesempatan yang baik ini untuk merdeka bersama vaksin


Ditulis pada
17 Agustus 2021 di Janji Jiwa Jilid 905 (Palagan) diselesaikan di Kos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar