Minggu, 21 Februari 2021

Santai Sejenak di Pulau Banyak, Aceh Singkil

Matahari bersinar cukup cerah saat aku dan 3 teman lainnya tiba di Aceh Singkil pada Kamis (7/1) pukul 10.20 WIB pagi . Perjalanan dari Banda Aceh menuju Aceh Singkil yang cukup melelahkan memakan waktu sekitar 16 jam dengan menggunakan transportasi umum minibus Hiace. Bagiku pribadi ini merupakan pengalaman pertama ke kabupaten Aceh Singkil bahkan juga menjadi pengalaman pertama melewati hampir semua kabupaten yang terletak di lintas barat Aceh.

Tujuan utama kami adalah ke pulau banyak, sebuah destinasi wisata yang terdiri dari beberapa pulai yang konon katanya super keren dan tidak kalah indah dengan pulau Weh (Sabang). Rencana awal, begitu sampai di Aceh Singkil kami akan langsung menyeberang ke pulau banyak, namun saat kami tiba di pelabuhan ternyata kapal sudah bergerak sejak sekitar pukul 10.00 pagi, sehingga mau tidak mau kami baru bisa melanjutkan perjalan ke pulau banyak pada hari berikutnya  (8/1).

Setelah satu malam beristirahat di salah satu hotel dekat pelabuhan, hari berikutnya pun tiba. Karena tidak ingin ketinggalan kapal, sebelum jam 8 pagi kami sudah bergerak menuju pelabuhan, beberapa saat setelah itu kami pun tiba, karena memang jarak dari hotel ke pelabuhan tidak begitu jauh. Setelah tiba, kami langsung membeli tiket dan naik ke bagian atas kapal sembari menunggu kapal bergerak dibawah terik matahari yang cukup cerah, untungnya ada sedikit atap yang menutupi kami.

Kapal yang kami gunakan bukalan kapal ferry atau kapal penumpang pada umumnya untuk penyeberangan ke destinasi wisata. Kapal yang ada pada hari itu adalah kapal milik masyarakat setempat yang terbuat dari kayu dan berukuran lumayan besar, isi di kapal kayu tersebut tidak hanya penumpang, namun juga barang-barang mulai dari yang kecil sampai dengan barang besar.

Menurut informasi dari serambinews.com (Baca Disini) memang sejak beberapa minggu terakhir dari perjalanan kami, Kapal Motor (KM) Teluk Singkil yang biasa mengangkut penumpang tidak lagi beroperasi sehingga penyebrangan menuju pulau banyak hanya dilakukan menggunakan kapal milik masyarakat yang kami naiki tersebut.

Penyebrangan menuju pulau banyak yang menggunakan kapal kayu tersebut memakan waktu sekitar 4 jam perjalan laut, tidak semua penumpang beruntung karena banyak dari penumpang yang tidak kebagian tempat yang memiliki atap sehingga harus duduk dibawah terik matahari.


Setelah kurang lebih 4 jam perjalanan, kapal kayu yang kami tumpanggi berhenti di pelabuhan pulau balai. Pulau ini merupakan gerbang bagi pengunjung pulau banyak karena pulau ini adalah pulau yang memiliki fasilitas paling lengkap, mulai dari penginapan, tempat makan, pemandu wisata dan juga memiliki jumlah penduduk terpadat dibanding pulau-pulau lain yang masih bagian dari pulau banyak.

Pemandangan pemunkiman setempat langsung menyambut kami saat berlabuh di pulau balai, pulau ini akan menjadi tempat tinggal kami selama berada di pulau banyak. Langkah kaki kami mulai meninggalkan kapal kayu tersebut menuju ke penginapan yang jaraknya tidak jauh dan bisa ditempuh cukup dengan berjalan kaki dari pelabuhan.


Setelah sampai ke penginapan, kami menyempatkan diri untuk istirahat, sholat dan makan (ISOMA) sejenak sebelum melanjukan wisata ke pulau-pulau lain. Kebetulan penginapan kami menyediakan makan, sehingga kami tidak perlu mencari makanan di luar penginapan.

Perjalan munuju ke pulau-pulau lain bisa dilakukan dengan menggunakan boot atau kapal bermotor yang terbuat dari kayu. Kami sendiri memilih menggunakan kapal bermotor, alasannya adalah karena harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan menggunakan boot.

Kesepakatan harga akhirnya tercapai setelah melakukan negosiasi langsung dengan pemilik kapal, kami sepakat menyewa untuk perjalanan ke 5 pulau, 2 pulau untuk hari hari ini dan 3 pulau hari berikutnya ditambah seorang supir kapal yang akan mengemudi dan memandu kami.

Perjalan menuju pulau pertama kami mulai pada siang hari, saat matahari masih lumayan terik. Saat kami tiba di pelabuhan, supir kapal telah menanti kami, tidak ingin berlama-lama setelah semua siap, kapal pun langsung bergerak menuju ke pertama  yaitu pulau Marcusuar, sepanjang perjalan kami melewati beberapa pulau kecil lain di tengah lautan yang menyajikan pemandangan cukup indah.

Akhirnya kami sampai ke pulau Marcusuar setelah menempuh perjalan selama kurang lebih sekitar 45 menit dari pulau balai. Selain kami, pada saat kami sampai ke pulau ini ada satu kelompok wisatawan lain juga yang baru sampai . Pulau ini ukurannya relatif kecil, di pulau ini terdapat satu Marcusuar sehingga disebut sebagai pulau Marcusuar.

Setelah puas menikmati keindahan hamparan laut dan pulau- pulau kecil dari bagian paling atas marcusuar yang ada di pulau pertama, Tujuan kami berikutnya adalah pulau Panjang. Perjalan menuju pulau ini sekitar 30 menit dari pulau sebelumnya, sesuai dengan namanya, pulau ini cukup panjang, dibandingkan dengan pulau-pulau lain di sekitarnya, selain itu di pulau ini juga terdapat beberapa homestay dan penjual makanan. Di pulau ini kami bersantai dan juga menyempatkan diri berenang di bibir pantai.

Hari pertama di pulau banyak diakhiri dengan cuaca yang kurang bersahabat. Sebagai orang awam yang tidak biasa naik kapal, ketika perjalan pulang menuju ke pulau balai di tengah-tengah laut dengan situasi cuaca yang hujan kecil ditambah ombak yang tidak mentu, perasaanku sungguh ikut tidak menentu.

Perjalanan di hari kedua kami mulai sejak pagi hari, yaiu pukul jam 8 pagi. Targetnya adalah kami bisa sampai ke 3 pulau, dan bisa kembali ke pulau balai sebelum jam 12 siang karena sudah berencana untuk menyeberang kembali ke Aceh Singkil di hari yang sama.

Pulau pertama yang kami singgahi di hari kedua adalah pulau Asok, perjalan menuju pulau ini sekitar 1 jam lebih dari pulau balai, karena perjalan kami di pagi hari, cuaca ketika itu masih cukup bersahabat, dan aku sangat menikmati perjalanan pagi itu. Pulau ini terkenal sebagai pulau tempat snorkeling. Secara ukuran pulau ini mungkin beberapa kali lebih besar dibandingkan pulau Marcusuar namun tidak sebesar pulau panjang. Di pulau ini juga tidak ada homestay dan penjual makanan.

Setelah selesai snorkeling “ala-ala” di pulau Asok, pulau selanjutnya yang akan kami singgahi di hari kedua adalah pulau palambak (kalo tidak salah ya… aku lupa nama pulaunya) namun saat kami hampir sampai ke pualu tersebut supir kapal mengatakan tidak dimungkinkan untuk singgah karena tidak bisa memarkirkan kapal di bibir pantai, alasannya karena saat itu angin laut menyebabkan ombak besar.

Akhirnya kami langsung bertolak untuk kembali ke pulau balai karena memang sudah target untuk menyeberang ke Aceh Singkil siang ini dan langsung melanjutkan perjalanan darat untuk pulang.

Di perjalanan pulang ternyata angin laut dan ombak tidak kalah besar, akibatnya kapal kami sangat goyang di tengah laut, muka kami semua pucat kucuali supir kapal, sepertinya sang supir sudah terbiasa merasakan ombak yang seperti ini, mungkin karena meliat kami ketakutan sang supi menawarkan untuk singgah di pulau terdekat dan akhirnya diputuskan untuk singgah di pulau biawak.

Pulau ini juga tidak kalah indah dengan pulau sebelum-sebelumnya. Walau tidak direncananakan, sedikit banyak kami menikmati persinggahan di pulau ini. Kami bertahan di pulau biawa sekitar 2-3 jam, selain rombongan kami, ada beberapa kelompok wisatawan yang juga singgah di pulau ini.

Perjalanan kembali ke pulau balai dilanjutkan ketika ombak sudah mulai sedikit lebih tenang. Walaupun di situasi ombak yang lebih tenang tetap saja, ada saat-saat dimana ombak tiba-tiba besar dan ketengana di atas kapal kembali terasa.

Alhamdulillah kami tiba di pulau balai dengan selamat, hanya saja kami batal untuk menyeberang ke Aceh Singkil, namun ternyata memang kapal penyebrangan pulau balai – singkil di hari itu juga tidak ada akibat dari angin dan ombak yang besar. Akhirnya kami memutuskan untuk menyebrang besok pagi dan melanjutkan perjalan pulang pada sore hari.

Cuaca gerimis membersamai kami di pagi hari terakhir di pulau banyak, setelah menyelesaikan berbagai hal, kami langsung menuju ke pelabuhan. Kami diantar oleh pemilik guesthouse tempat kami menginap menuju ke pelabuhan yang berbeda dari pelabuhan ketika kami sampai ke pulau balai. Penyerangan ke singkil hari ini jauh lebih baik dibandingkan ketika kami menyeberang dari Singkil, kami menggunakan Kapal Perintis KM. Sabuk Nusantara 46 yang ukurannya cukup besar dan nyaman.

Setelah sekitar 4 jam perjalanan akhirnya kami kembali berlabuh di pelabuhan Aceh Singkil. Sebelum melanjutkan perjalana darat, kami menyempatkan diri beristirahat di Warung Kopi dekat pelabuhan sembari menunggu jemputan. Sekitar setelah ashar, jemputan kami akhirnya tiba, dan perjalanan pulang pun dimulai yang menandakan agenda santai sejenak di pulau banyak pun berakhir.   

Toton juga perjalanan kami di Youtube :

------

Artikel ini aku tulis setelah sekian lama tidak menulis artikel tentang wisata di Aceh,  karena memang aku sudah jarang menelusuri keindahan alam Aceh, kalopun ada, sayangnya dorongan untuk menulis cerita jala-jalan sudah sangat berkurang, dan kali ini akhirnya aku kembali menulis cerita pengalaman pada awal Januari 2021 lalu yang menjelajahi surga yang terletak di Aceh Singkil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar