Matahari
bersinar cukup cerah saat aku dan 3 teman lainnya tiba di Aceh Singkil pada
Kamis (7/1) pukul 10.20 WIB pagi . Perjalanan dari Banda Aceh menuju Aceh
Singkil yang cukup melelahkan memakan waktu sekitar 16 jam dengan menggunakan
transportasi umum minibus Hiace.
Bagiku pribadi ini merupakan pengalaman pertama ke kabupaten Aceh Singkil
bahkan juga menjadi pengalaman pertama melewati hampir semua kabupaten yang
terletak di lintas barat Aceh.
Tujuan
utama kami adalah ke pulau banyak, sebuah destinasi wisata yang terdiri dari
beberapa pulai yang konon katanya super keren dan tidak kalah indah dengan
pulau Weh (Sabang). Rencana awal, begitu sampai di Aceh Singkil kami akan langsung
menyeberang ke pulau banyak, namun saat kami tiba di pelabuhan ternyata kapal sudah
bergerak sejak sekitar pukul 10.00 pagi, sehingga mau tidak mau kami baru bisa melanjutkan
perjalan ke pulau banyak pada hari berikutnya (8/1).
Setelah
satu malam beristirahat di salah satu hotel dekat pelabuhan, hari berikutnya
pun tiba. Karena tidak ingin ketinggalan kapal, sebelum jam 8 pagi kami sudah
bergerak menuju pelabuhan, beberapa saat setelah itu kami pun tiba, karena
memang jarak dari hotel ke pelabuhan tidak begitu jauh. Setelah tiba, kami
langsung membeli tiket dan naik ke bagian atas kapal sembari menunggu kapal
bergerak dibawah terik matahari yang cukup cerah, untungnya ada sedikit atap
yang menutupi kami.
Kapal
yang kami gunakan bukalan kapal ferry atau kapal penumpang pada umumnya untuk penyeberangan
ke destinasi wisata. Kapal yang ada pada hari itu adalah kapal milik masyarakat
setempat yang terbuat dari kayu dan berukuran lumayan besar, isi di kapal kayu
tersebut tidak hanya penumpang, namun juga barang-barang mulai dari yang kecil sampai
dengan barang besar.
Menurut
informasi dari serambinews.com (Baca Disini)
memang sejak beberapa minggu terakhir dari perjalanan kami, Kapal Motor (KM)
Teluk Singkil yang biasa mengangkut penumpang tidak lagi beroperasi sehingga
penyebrangan menuju pulau banyak hanya dilakukan menggunakan kapal milik masyarakat
yang kami naiki tersebut.
Penyebrangan
menuju pulau banyak yang menggunakan kapal kayu tersebut memakan waktu sekitar
4 jam perjalan laut, tidak semua penumpang beruntung karena banyak dari
penumpang yang tidak kebagian tempat yang memiliki atap sehingga harus duduk dibawah
terik matahari.
Setelah
kurang lebih 4 jam perjalanan, kapal kayu yang kami tumpanggi berhenti di
pelabuhan pulau balai. Pulau ini merupakan gerbang bagi pengunjung pulau banyak
karena pulau ini adalah pulau yang memiliki fasilitas paling lengkap, mulai
dari penginapan, tempat makan, pemandu wisata dan juga memiliki jumlah penduduk
terpadat dibanding pulau-pulau lain yang masih bagian dari pulau banyak.
Pemandangan
pemunkiman setempat langsung menyambut kami saat berlabuh di pulau balai, pulau
ini akan menjadi tempat tinggal kami selama berada di pulau banyak. Langkah
kaki kami mulai meninggalkan kapal kayu tersebut menuju ke penginapan yang jaraknya
tidak jauh dan bisa ditempuh cukup dengan berjalan kaki dari pelabuhan.
Setelah sampai ke penginapan, kami menyempatkan diri untuk istirahat, sholat dan makan (ISOMA) sejenak sebelum melanjukan wisata ke pulau-pulau lain. Kebetulan penginapan kami menyediakan makan, sehingga kami tidak perlu mencari makanan di luar penginapan.
Perjalan
munuju ke pulau-pulau lain bisa dilakukan dengan menggunakan boot atau kapal bermotor
yang terbuat dari kayu. Kami sendiri memilih menggunakan kapal bermotor,
alasannya adalah karena harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan
menggunakan boot.
Kesepakatan
harga akhirnya tercapai setelah melakukan negosiasi langsung dengan pemilik
kapal, kami sepakat menyewa untuk perjalanan ke 5 pulau, 2 pulau untuk hari hari
ini dan 3 pulau hari berikutnya ditambah seorang supir kapal yang akan
mengemudi dan memandu kami.
Perjalan
menuju pulau pertama kami mulai pada siang hari, saat matahari masih lumayan terik.
Saat kami tiba di pelabuhan, supir kapal telah menanti kami, tidak ingin
berlama-lama setelah semua siap, kapal pun langsung bergerak menuju ke pertama yaitu pulau Marcusuar, sepanjang perjalan
kami melewati beberapa pulau kecil lain di tengah lautan yang menyajikan pemandangan
cukup indah.
Akhirnya
kami sampai ke pulau Marcusuar setelah menempuh perjalan selama kurang lebih
sekitar 45 menit dari pulau balai. Selain kami, pada saat kami sampai ke pulau
ini ada satu kelompok wisatawan lain juga yang baru sampai . Pulau ini
ukurannya relatif kecil, di pulau ini terdapat satu Marcusuar sehingga disebut
sebagai pulau Marcusuar.
Setelah
puas menikmati keindahan hamparan laut dan pulau- pulau kecil dari bagian
paling atas marcusuar yang ada di pulau pertama, Tujuan kami berikutnya adalah pulau
Panjang. Perjalan menuju pulau ini sekitar 30 menit dari pulau sebelumnya, sesuai
dengan namanya, pulau ini cukup panjang, dibandingkan dengan pulau-pulau lain
di sekitarnya, selain itu di pulau ini juga terdapat beberapa homestay
dan penjual makanan. Di pulau ini kami bersantai dan juga menyempatkan diri berenang
di bibir pantai.
Hari
pertama di pulau banyak diakhiri dengan cuaca yang kurang bersahabat. Sebagai
orang awam yang tidak biasa naik kapal, ketika perjalan pulang menuju ke pulau
balai di tengah-tengah laut dengan situasi cuaca yang hujan kecil ditambah ombak
yang tidak mentu, perasaanku sungguh ikut tidak menentu.
Perjalanan
di hari kedua kami mulai sejak pagi hari, yaiu pukul jam 8 pagi. Targetnya adalah
kami bisa sampai ke 3 pulau, dan bisa kembali ke pulau balai sebelum jam 12
siang karena sudah berencana untuk menyeberang kembali ke Aceh Singkil di hari
yang sama.
Pulau pertama yang kami singgahi di hari kedua adalah pulau Asok, perjalan menuju pulau ini sekitar 1 jam lebih dari pulau balai, karena perjalan kami di pagi hari, cuaca ketika itu masih cukup bersahabat, dan aku sangat menikmati perjalanan pagi itu. Pulau ini terkenal sebagai pulau tempat snorkeling. Secara ukuran pulau ini mungkin beberapa kali lebih besar dibandingkan pulau Marcusuar namun tidak sebesar pulau panjang. Di pulau ini juga tidak ada homestay dan penjual makanan.
Setelah
selesai snorkeling “ala-ala” di pulau Asok, pulau selanjutnya yang akan
kami singgahi di hari kedua adalah pulau palambak (kalo tidak salah ya… aku
lupa nama pulaunya) namun saat kami hampir sampai ke pualu tersebut supir kapal
mengatakan tidak dimungkinkan untuk singgah karena tidak bisa memarkirkan kapal
di bibir pantai, alasannya karena saat itu angin laut menyebabkan ombak besar.
Akhirnya
kami langsung bertolak untuk kembali ke pulau balai karena memang sudah target untuk
menyeberang ke Aceh Singkil siang ini dan langsung melanjutkan perjalanan darat
untuk pulang.
Di
perjalanan pulang ternyata angin laut dan ombak tidak kalah besar, akibatnya kapal
kami sangat goyang di tengah laut, muka kami semua pucat kucuali supir kapal,
sepertinya sang supir sudah terbiasa merasakan ombak yang seperti ini, mungkin
karena meliat kami ketakutan sang supi menawarkan untuk singgah di pulau terdekat
dan akhirnya diputuskan untuk singgah di pulau biawak.
Pulau
ini juga tidak kalah indah dengan pulau sebelum-sebelumnya. Walau tidak direncananakan,
sedikit banyak kami menikmati persinggahan di pulau ini. Kami bertahan di pulau
biawa sekitar 2-3 jam, selain rombongan kami, ada beberapa kelompok wisatawan
yang juga singgah di pulau ini.
Perjalanan
kembali ke pulau balai dilanjutkan ketika ombak sudah mulai sedikit lebih tenang.
Walaupun di situasi ombak yang lebih tenang tetap saja, ada saat-saat dimana
ombak tiba-tiba besar dan ketengana di atas kapal kembali terasa.
Alhamdulillah
kami tiba di pulau balai dengan selamat, hanya saja kami batal untuk menyeberang
ke Aceh Singkil, namun ternyata memang kapal penyebrangan pulau balai – singkil
di hari itu juga tidak ada akibat dari angin dan ombak yang besar. Akhirnya
kami memutuskan untuk menyebrang besok pagi dan melanjutkan perjalan pulang pada
sore hari.
Cuaca
gerimis membersamai kami di pagi hari terakhir di pulau banyak, setelah menyelesaikan
berbagai hal, kami langsung menuju ke pelabuhan. Kami diantar oleh pemilik guesthouse
tempat kami menginap menuju ke pelabuhan yang berbeda dari pelabuhan ketika
kami sampai ke pulau balai. Penyerangan ke singkil hari ini jauh lebih baik
dibandingkan ketika kami menyeberang dari Singkil, kami menggunakan Kapal
Perintis KM. Sabuk Nusantara 46 yang ukurannya cukup besar dan nyaman.
Setelah
sekitar 4 jam perjalanan akhirnya kami kembali berlabuh di pelabuhan Aceh
Singkil. Sebelum melanjutkan perjalana darat, kami menyempatkan diri beristirahat
di Warung Kopi dekat pelabuhan sembari menunggu jemputan. Sekitar setelah
ashar, jemputan kami akhirnya tiba, dan perjalanan pulang pun dimulai yang
menandakan agenda santai sejenak di pulau banyak pun berakhir.
Toton juga perjalanan kami di Youtube :
------
Artikel ini aku tulis setelah sekian lama tidak menulis artikel tentang wisata di Aceh, karena memang aku sudah jarang menelusuri keindahan alam Aceh, kalopun ada, sayangnya dorongan untuk menulis cerita jala-jalan sudah sangat berkurang, dan kali ini akhirnya aku kembali menulis cerita pengalaman pada awal Januari 2021 lalu yang menjelajahi surga yang terletak di Aceh Singkil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar