“Era Disruptif” frasa tersebut pertama kali aku dengar dari salah
satu seminar yang pernah aku ikuti, kemudian aku kembali mendengar frasa
tersebut pada salah mengikuti satu mata kuliah dari salah seorang dosen ku,
Intinya ketika itu dari seminar dan mata kuliah yang aku ikuti sama-sama
menceritakan bahwa di era disruptif ini perusahaan banyak yang harus gulung
tikar, ataupun sekedar terganggu oleh kehadiran perusahaan-perusahaan baru yang
dibangun dengan inovasi, lebih spesifiknya adalah inovasi teknologi (startup digital).
Jelas memang hal tersebut nyata dan terjadi secara masif, dewasa
ini perusahaan yang hanya bergelut dengan sistem lama tanpa adanya inovasi
selalu tertinggal bahkan yang
lebih ekstrim adalah harus gulung tikar hanya karena kalah persaingan dengan
perusahaan baru yang dibangun dengan kesadaran inovasi dan dukungan teknologi
yang masif.
Salah satu tokoh yang sering membahas tentang era disruptif
adalah Prof. Rhenald Kasali, Ph.D. ang
merupakan seorang praktisi bisnis dan guru besar bidang Ilmu manajemen di
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Beliau telah menulis dua buku tentang “Era Disruptif” buku pertama
berjudul Disruption dan buku kedua berjudul Self Disruption. Dua buku tersebut secara spesifik menjelaskan tentang “Era Disruptif” yang berdampak pada berbagai lini
industri.
Pada dasarnya mayoritas industri akan terkena dampak dari era
disruptif ini, baik industri besar maupun kecil, industri yang sudah
dibangun lama, atau yang baru dibangun, semua segmen industri tersebut memungkinan
untuk terdampak disrupsi jika tidak berbenah dan berinovasi contoh sederhana yang bisa kita lihat adalah
mall yang dulunya menjadi tempat favorit bagi orang untuk berbelanja kini
tersaingi oleh kehadiran e-commerce yang
memanjakan pengguna dengan kemudahan berbelanja yang tidak harus keluar rumah.
Sama halnya dengan mall, industri otomotif juga bisa terdampak
oleh era disruptif. Kini cara orang mencari bahkan membeli kebutuhan otomotif
berubah, dari yang dulunya datang langsung dari satu showroom satu ke showroom lain,
kini telah berubah dengan hanya dengan membuka situs web atau aplikasi mobile yang disediakan. Bagi industri
otomotif yang tidak berbenah dengan inovasi dan implementasi teknologi untuk
menyesuaikan tuntutan zaman, secara bertahap akan ditinggalkan oleh para
kostumer.
Salah satu bentuk adaptasi yang dilakukan oleh perusahaan otomotif
asal Indonesia dalam menghadapi Era Disruptif
adalah seperti yang telah dilakukan oleh Auto2000 yang berusaha
mendorong batasan transaksi pembelian mobil Toyota (Termasuk Toyota New Agya) melalui platform digital. Melalui situs auto2000.co.id dan aplikasi mobile Auto2000
pelanggan dapat melakukan pembelian kendaraan baru, purna jual, suku cadang,
aksesoris, serta Trade In dan pembelian mobil bekas (bekerjasama dengan Astra
Auto Trust). Mengusung konsep “Seamless
end-to-end customer experience”, Auto2000 memastikan pelanggan merasakan
pengalaman pelayanan di platform digital yang sama baiknya dengan yang diterima
di cabang Auto2000.
Begitulah sebuah inovasi dan teknologi bekerja dalam rangka
menghadapi era disruptif,
beradaptasi dengan zaman adalah sebuah hal yang mutlak dan wajib dilakukan oleh
industri yang ingin bertahan dan bisa menghadapi gelombang zaman. Beradaptasi
dan berubah sesuai tuntutan zaman adalah kunci utama bagi industri yang ingin
tetap survive di era disruptif ini.
Industri otomotif sebagai salah satu lini Industri yang besar dan
dapat diperhitungkan dari segi popularitas dan eksistensi sudah sewajarnya
beradaptasi mengikuti tuntutan zaman dengan implementasi teknologi jika ingin
tetap bertahan. Auto 2020 adalah
salah satu contoh Industri Otomotif yang telah membuktikan untuk siap
menghadapi di Era Disrupsi dengan layanan yang ditawarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar