Sabtu, 17 November 2018

Pelajaran Hidup dari Kompetisi Futsal

Hal yang melatarbelakangi aku menulis artikel ini adalah pengalaman seminggu menjadi panitia pelaksana non pertandingan Liga Mahasiswa LIMA Futsal: Kaskus Central Java and Special Region of Yogyakarta Conference 2018 (LIMA Futsal CJYC 2018) yang diselengarakan sejak 31 Oktober – 8 November 2018 di Gedung Olahraga Ki Bagoes Hadikoesoemo, Universitas Islam Indonesia (GOR UII).


Proses menjadi panitia pelaksana (panpel) LIMA terbilang unik. Aku mendaatkan informasi terkait lowongan menjadi  panpel sejak bulan September 2018, disitu aku segera mengirimkan syarat yang diperlukan yaitu CV (curriculum vitae) melalui E-mail. Aku juga sempat mengajak beberapa teman untuk ikut menjadi bagian dari LIMA, dengan harapan ada teman yang sudah kenal sebelumnya.


Sebulan waktu berlalu, akhirnya aku memperloleh E-Mail balasan dari pihak LIMA yang mengundang untuk proses wawancara. Wawancara dilaksanakan pada Minggu, 28 Oktober 2018 di Ndalem Padma Asri Guest House, relatif dekat dengan kos ku. Tepat pada hari yang ditentukan aku datang dan mengikuti proses wawancara.

Pada saat proses wawancara pihak interviewer mengatakan bahwa jika ada teman yang masih berminat boleh diajak, dan suruh datang langsung ke wawancara besok (Senin). Dan aku mengabarkan ke teman-temanku, dan akhirnya ada empat teman ku yang berminat dan mengikuti proses wawancara.

Informasi pengumuman dilakukan cukup unik, yaitu apabila masuk ke grub dinyatakan lolos, dan akhirnya aku masuk bersama satu temanku. Disana aku dinyatakan mendapat posisi fotografer. Proses wawancara hingga pelaksanaan kegiatan kompetisi futsal bisa dibilang cukup singkat, dan berjalan begitu cepat. Setelah pengumuman, langsung pada hari berikutnya yaitu selasa kalo tidak salah, dilakukan proses rapat teknis, dan pada rabu langsung pertandingan futsal dimulai pada jam 10 pagi.

Jujur ini merupakan kepanitian olahraga pertama yang aku ikuti selama menjadi mahasiswa. Padahal ada banyak kegiatan olahraga di kampusku, namun aku enggan menjadi bagian panitia karena beberapa alasan, yang tentu teman-teman UII tau. Aku berpendapat bahwa kegiatan olahraga di UII yang diselenggarakan mahasiswa (Baik himpunan mahasiswa jurusan, eksekutif mahasiswa tingkat fakultas dan universitas ) tidak menarik.

Salah satu indikator mengapa aku mengatakan tidak menarik adalah, upaya yang dikeluarkan oleh panitia tidak sebanding dengan kegiatan yang dilaksanakan, panitia kebanyakan rapat bahkan sampai larut malam, padahal kegiatan tersebut B aja (Biasa Saja Maksudnya). Hanya pertandingan antar fakultas atau jurusan, bahkan sebatas antar angkat, namun panitia bekerja keras layaknya kegiatan olahraga tingkat Internasional, Ini Sangat Lucu !!

Sendangkan LIMA menurutku merupakan kepanitian yang ideal. Liga Mahasiswa merupakan kompetisi olahraga yang diselengarakan langsung oleh PT Bina Mahasiswa. Menurut Informasi perusahaan ini merupakan anak dari Perusahaan Mahaka Grub. LIMA dimulai sejak tahun 2012 hingga saat ini telah melebarkan sayapnya ke beberapa provinsi, dan memperkaya cabang olahraga yang dipertandingkan. Selain itu LIMA juga memiliki sponsor-sponsor dari perusahaan-perusahaan besar, tentu ada kebanggaan tersendiri bisa menjadi bagian dari LIMA.

Waduh, tanpa terasa panjang juga latar belakangnya. Oke langsung saja sejak hari pertama hingga hari terakhir aku terus menikmati pertandingan futsal antar universitas se-DIY dan Jawa Tengah. LIMA futsal memiliki pertandingan putra dan putri. Setiap harinya pertandingan dimulai dengan dua pertandingan putri dan dilanjutkan dengan empat pertandingan putra.

Dari banyaknya pertandingan futsal yang aku cermati dan nikmati bersama kerjaan selama menjadi panitia pelaksanan LIMA Futsal: Kaskus Central Java and Special Region of Yogyakarta Conference 2018, ada beberapa hal pada futsal yang relevan jika diimplementasikan menajdi pelajaran hidup

1. Emosi, Bukan Solusi.
Emosi para pemain atau pelatih pada beberapa pertandingan merupakanhal yang sangat berkesan bagiku. Tentu tidak bisa dinafikan ketika ada pemain yang sedang emosi dalam sebuah pertandingan akan membuat hawa semakin panas pada pertandingan tersebut, dan ini menjadi tontonan yang menegangkan. 

Namun pelajaran yang aku petik dari emosi para pemain atau pelatih tersebut adalah, bahwa emosi bukanlah solusi, mengapa ? karena mayoritas tim yang terbawa emosi berakhir dengan kekalahan.

Ada satu pertandingan yang menurutku sangat menarik, yaitu ketika tim yang emosi versus tim yang tetap tenang. Tim lawan benar-benar bisa membawa diri ketika mengahadapi tim yang sedang emosi, mereka sama sekali tidak terpancing, sebaliknya mereka tetap tenang dan berakhir dengan kemenangan.

Artinya dalam kehidupanpun demikian, bahwa emosi bukanlan solusi. Begitupun sebaliknya, saat menghadapi orang yang emosi maka kita harus tetap tenang, karena api tidak akan bisa dilawan dengan api.

2. Sabar, Kunci Menebar.
Hal yang kedua ini sedikit banyak memiliki hubungan dengan yang pertama. Saat pertandingan pemain dituntut sabar dalam berbagai hal, mulai dari sabar menghadapi lawan yang sedang emosi, sabar dalam mengkontrol bola, hingga sabar dalam proses mencetak gol.

Kata “Sabar” sangat sering terdengar di telingaku saat pertandingan berlangsung. Mulai dari kipper meneriakan untuk rekan sesame tim agar tetap sabar, begitu pula pelatih yang terus mengintruksi pemain agar bermain secara sabar, tidak terburup buru.
Dalam kehidupan sendiri sabar merupakan kunci untuk menebar. Sabar merupakan sifat baik yang tentunya harus dimiliki, karena dengan sabar Insya Allah hidup kita akan lebih bermakna.

3. Kerja Sama, Bukan Drama.
Hal ketiga yang juga sangat penting bagi pemain dalam sebuah pertandingan adalah kerja sama. Ini sangat terlihat ketika antar pemain sesame tim terus berkomunikasi, bekerja sama untuk tujuan yang sama yaitu memenangkan pertandingan. 

Begitupula dalam hidup, yang harus dibangun adalah kerja sama bukan drama. Istilah lainnya adalah kolaborasi mengerjakan sesuatu secara bersama-sama untuk satu tujuan yang baik tentunya.

4. Fokus, Jangan Rakus.
Jika ingin mencetak gol atau menang tentu pemain dituntut untuk fokus. Hal ini terlihat jelas ketika ada pemain yang mulai kehilangan fokus sang pelatih selalu meneriaki “Fokus”, bahkan pada titik lain pemain yang dirasa sudah tidak fokus langsung ditarik keluar dan dingantikan oleh pemain lainnya.

Sama halnya pada kehidupan ini, fokus tentu menjadi hal yang amat sangat penting. Ingat fokuslah pada tujuan, jangan rakus hingga mencoba berbagai hal, hingga melupakan tujuan awal.

5. Jangan menyerah, walau bikin marah.
Terakhir hal yang juga sangat tergambarkan pada pertandingan-pertandingan futsal yang aku lalui adalah semangat “Jangan menyerah” walaupun sudah berada di titik-titik akhir. Memang terlihat konyol, ketika tim yang sudah kalah namun bisa membuat keadaan menjadi seri atau bahkan membalikan keadaan pada menit terakhir, bahkan pada hitungan detik terakhir. Namun hal ini nyata terjadi pada pertandingan futsal yang aku lalui.

Semangat jangan menyerah juga tentu harus selalu terjaga pada kehidupan kita. Walaupun terus gagal, atau sudah berada pada detik-detik terakhir, pastikan jangan pernah menyerah dengan tujuan awal. Karena usaha yang dilakukan secara maksimal tidak akan dirasa rugi walau hasil tidak semaksimal usaha.

Itulah beberapa point pelajaran kehidupan yang aku dapatkan selama menjadi panitia pelaksana non-pertandingan pada Liga Mahasiswa, LIMA Futsal: Kaskus Central Java and Special Region of Yogyakarta Conference 2018 (LIMA Futsal CJYC 2018).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar