Moment lebaran setiap
tahunnya pastinya menjadi moment yang di tunggu-tunggu oleh setiap orang, moment
yang begitu di nanti ini menjadi tempat ajang silaturahmi dan maaf-maafan
mulai sesama keluarga, teman-teman, bahkan juga mantan. Dibalik indahnya berlebaran di kampung halaman
ada kalanya kita harus siap dan menyiapkan diri dan mental bahwa ada suatu saat dimana kita harus berlebaran jauh dari
tanah kelahiran dan juga jauh dari keluarga, sebagai seorang perantau kita
harus siap siaga dengan moment-moment ini
setelah shalat Ied
Artikel sebelumnya telah
mengupas cerita Ramadhan ane di perantauan, mulai cerita gaya sahur hingga buka
anak rantau artikel tersebut masih bisa dibaca (disini), dan di artikel ini
special setelah lebaran ane ingin bercerita tentang gaya lebaran anak rantau,
tepatnya cerita lebaran mahasiswa Aceh di Yogjakarta. Sekilas info
masyarakat Aceh di Yogyakarta itu sangatlah ramai, ada yang mengatakan mencapai
6000an orang, mulai yang tua hingga yang muda, mulai kalangan mahasiswa hingga
karyawan dan pengusaha, mulai ujung barat Aceh hingga ujung timur
Jadi ceritanya di
lebaran kali ini ane memilih tetap di Yogyakarta, dengan beberapa pertimbangan
jadi artinya ane harus berlebaran Idul Fitri untuk pertama kalinya di luar
Aceh, jauh dari keluarga, jauh dari sie reboh, timphan dan kuliner Aceh yang
menggiurkan lainya. Namun bukan ane sendiri dari Aceh yang tidak mudik ada beberapa
teman ane yang nasibnya sama harus berlebaran disini
Setelah berpuasa Ramadan
bersama kami di sini, dan sampailah dimana malam lebaran hari raya Idul Fitri, sama seperti tahun-tahun sebelumnya penetapan hari raya di tentukan dari sidang
isbat kementrian agama RI, setelah sudah jelas bahwa kamis (6/7/2016) adalah
hari raya, artinya rabu malam tersebut adalah malam hari raya, dan kamipun
mahasiswa Aceh yang berlebaran di Yogyakarta memilih keluar ke kota
Jogja untuk melihat kemeriahan malam takbiran disini
malam takbiran
Jauh berbeda dengan suasana takbiran di Banda Aceh malam takbiran disini tidak semeriah dan seheboh di kota Banda Aceh,
ini dikarenakan penggelaran malam takbiran disini hanya dilaksanakan
perkecamatan, dan yang mengikuti takbiran hanyak memutar-mutar kecamatan mereka
sendiri, so sudah bisa di duga tidak akan ada tumpukan orang layaknya di Banda
Aceh, namun yang sedikit sama adalah hampir setiap orang juga keluar rumah di
malam malam hari raya, kebanyakn berkumpul di pusat kota.
Keesokan harinya
tepatnya di pagi lebaran pertama, kami memilih shalat Idul Fitri di alun-alun kota Jogja,
begitu ramai yang shalat disini namun karena kami datang cukup
awal kami bisa mendapatkan tempat di shaf yang tidak terlalu jauh, di alun-alun
ini juga menjadi tempat sultan hamangkubono X shalat, mungkin bisa di bilang disini layaknya
mesjid baiturahman di Banda Aceh, tempat yang jamaahnya paling ramai dan tempat
gubernur shalat ied
Sebelum shalat ied
sebenarnya ane sudah duluan menelpon orang tua namun hanya sebentar sebatas
maaf lahir batin, baru setelah shalat ied ane kembali menelpon dan video callan
sama orang rumah, disitu ane juga berasa ada dirumah walaupun hanya sebatas
video callan, namun kemajuan teknologi sudah sedikit begitu bantu menghilankan
rasa sedih berlebaran di perantaun.
Sore harinya kami
menyempatkan diri untuk bersilaturahmi ke beberapa rumah orang-orang tua kami
di jogja, yaitu masyarakat Aceh yang telah lama tinggal di jogja, disana kami
bersilaturahmi dan yang mantapnya adalah disana kami di siduhkan dengan
makanan-makanan khas hari raya di Aceh, kekangenan kami pada aceh makin sedikit
berkurang, dan di lebran depan ane berharap bisa kembali berlebaran di Aceh,
Aceh I MISS U
Jadi rindu berlebaran di kampung 😢
BalasHapusHahahaha bener bro..
HapusInsya Allah tahun depan bisa lebatan di Aceh
Memilukan jadi anak rantau, baru sebulan mengalami... Tapi bukan untuk dikhawatirkan, karena kami tau mereka adalah orang tua hebat yang telah mengizinkan anaknya mencari jati diri. Salam Anak Rantau
BalasHapusIya benar, Semoga kita sukses sebagai anak rantau dan bisa membanggakan orang-orang yang telah mempercai kita untuk rantau.
Hapus