Era digital atau Digital
Era telah memaksa kita untuk ikut mengupgrade
di segala hal, termasuk dalam bidang transaksi pembayaran. Pada era ini kita
dituntut untuk jeli mengikuti perkembangan zaman sehingga mau tidak mau kita harus
mengerti dan memahami perkembangan financial
technology atau fintech yang begitu pesat perkembanganya terutama di bidang
payment atau pembayaran.
Financial technology adalah sebuah inovasi dalam layanan
keuangan yang memiliki pengertian yang begitu luas, hal tersebut seperti yang
di ungkapkan oleh Lembaga national digital research centre Irlandia (NDRC).
Sedangkan menurut Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK) ada lima katagori
pengelompokan Fintech sesuai
jenisnya, Katagori tersebut diantaranya:
Pembayaran atau Payement, Peminjaman
atau Lending, dan Pembiayaan atau Crowdfunding, juga ada jenis lain
seperti Perbandingan dan Riset keuangan namun jenis tersebut belum begitu
berkembang di Indonesia
Mobile Payment
merupakan salah satu bagian dari jenis
fintech yang termasuk ke dalam katagori payment.
Jenis ini merupakan salah satu sub bidang yang ada dalam teknologi fintech yang
paling dilirik oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sehingga perkembangannya
begitu cepat. Tercatat semenjak akhir 2012 lalu perusahan yang bergerak
dibidang pembayaran seluler terus meningkat jumlahnya. Salah satunya adalah TCASH
yang dikembangkan oleh perusahaan telekomunikasi plat merah Indonesia Telkomsel,
dengan penerapan teknologi NFC layanan ini cukup memudahkan penggunakan dalam
bertransaksi. Bank Mandiri sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia juga
mengembangkan Mandiri E-Cash, Seperti
tidak mau kalah Bank BCA juga mengembangkan BCA Sakuku dimana keduanya memiliki
layanan yang menggunakan teknologi Kode QR
Februari 2016 lalu Presiden Joko Widodo saat kunjungannya ke
Amerika Serikat dalam rangka menghadiri KTT ASEAN-AS membawa isu ekonomi
digital sebagai topik utama pembahasannya. Presiden Jokowi mengharapkan Indonesia
menjadi kekuatan ekonomi digital terbesar di kawasan Asia pada tahun 2020
dengan potensi sebesar USD 130 Miliar atau sekitar Rp1.690 Triliun.
Tentu saja hal tersebut sangat mungkin terjadi mengingat Indonesia
memiliki potensi pasar yang begitu besar. Menurut data 2016 lalu populasi penduduk
Indonesia mencapai lebih dari 250 Juta jiwa, sedangkan pengguna Internet aktif
di Indonesia sepanjang 2016 lalu hampir mencapai angka 140 Juta. Apabila kita melihat dari data yang ada , tidak
mungkin rasanya apabila kita tidak bisa mencapai target tersebut. Target untuk menjadi
kekuatan ekonomi digital terbesar di kawasan Asia pada 2020 bukanlah sebuah
mimpi mengingat potensi pengguna internet Indonesia yang tumbuh begitu cepat
Sebuah perusahaan firma jasa profesional multinasional yang
berpusat di London Ernst & Young
(EY) pernah mempublikasi sebuah jurnal yang menyebutkan bahwa Indonesia adalah penting dalam hal pertumbuhan
layanan pembayaran mobile dengan latar belakang interoperabilitas antara
penyedia uang mobile. Dari populasi 247m, kurang dari 10% memiliki akses ke
rekening bank, dan inklusi keuangan yang lebih besar akan menghasilkan berbagai
manfaat sosial ekonomi sebagai bagian dari sistem keuangan yang lebih kuat dan
efektif. Dipertimbangkan dalam konteks rekan-rekan regional, sektor perbankan
Indonesia relatif terbelakang, belum mengambil-up layanan mobile dan kecenderungan
untuk aktivitas online yang cukup baik
Pengguna internet yang cukup besar membuat Indonesia begitu dilirik
oleh perusahaan dari negara asing, saat ini sudah banyak perusahaan asing yang
mulai masuk dan melakukan ekspektasi pasar di Indonesia. Umumnya perusahaan
tersebut rela menginverstasi puluhan triliun untuk pengembangan produknnya di
Indonesia demi mencapai target pasar yang begitu besar. Investasi besar di
Indonesia yang dilakukan beberapa perusahaan besar tersebut tentunya bukan
tanpa alasan, para perusahaan tersebut umumnya telah melihat dam yakin dengan masa
depan cerah di perekonomian digital Indonesia
Sudah saatnya kita menjadi pelaku di negara kita sendiri,
pontensi pasar yang besar jangan sampai hanya menjadi ladang bagi para
perusahaan asing. Sudah saatnya kita mulai melakukan segala inovasi khususnya
dalam hal teknologi untuk mendukung menjadikan Indonesia sebagai kekuatan
ekonomi digital terbesar di kawasan Asia pada tahun 2020.
Financial technology saat ini bukan lagi hal yang baru,
berbeda pada saat awal kemunculnya, setiap orang hampir merasa aneh dengan
inovasi pembayaran melalui mobile ketika itu, inovasi luar biasa ini dianggap
beresiko oleh kebanyakan orang. Namun kini semua berubah, persepsi masyarakat
akan fintech kini telah berubah 180
derjat umumnya orang-orang mulai memahami akan fungsi dan keuntungan penggunaan
mobile payment
Menurut Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran
Bank Indonesia bahwa bila di dua dekade lalu, inovasi teknologi keuangan masih
berpusar di sisi bank (misalnya, teknologi core banking system), maka saat ini
inovasi teknologi terjadi di sisi pengguna. Pergeseran ini memungkinkan menjamurnya
Financial Technology. perusahaan
Fintech teridentifikasi beroperasi di Indonesia mayoritas (56%) bergerak dalam
kategori payment, clearing & settlement. Nilai transaksi Fintech di Indonesia pada tahun 2016
diperkirakan mencapai USD 14,5 milyar USD, atau 0,6% dari total nilai transaksi
global yang diperkirakan mencapai USD 2.355,9 milyar
Saat ini disadari atau tidak sistem pembayaran dengan uang fisik
perlahan sudah mulai ditinggalkan umumnya telah beralih ke mobile payment dan kartu elektronik yang dikeluarkan perbankan.
Jika diulik ada beberapa foktor yang membuat masyarakat mulai pindah dari uang
fisik ke motode pembayaran yang baru, salah satunya adalaha teknologi yang
ditawarkan lebih memudahkan pengguna selain itu juga membuat kita lebih aman
karena tidak harus membawa uang banyak. Satu smartphone saat ini bisa mencakup
untuk berbagai hal termasuk dalam hal pembayaran, teknologi mobile payment telah memabntu masyarakat
cukup membawa smartphone bisa membayar apapun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar