Waktu berjalan bak air mengalir, cepat namun terarah menusuri satu tujuan yang terkadang terdapat rintangan yang harus di lewati, namun dia tidak bisa berhenti kapan yang dia kehendaki. Waktu bagaikan pesawat yang tidak pernah berjalan mundur, namun setiap kejadian akan menjadi catatan penting dalam kehidupan, pahit manis hidup akan menjadi sejarah dimana kelak akan menjadi cerita nostalgia atau cerita kesedihan.
Sejarah musibah besar yang pernah melanda Aceh 12 tahun silam menjadi catatan penting bagi negeri ini khususnya provinsi Aceh sendir, isak tangis jeritan masyarakat Aceh begitu jelas terdengar pada 26 Desember 2004, dimana hampir setiap keluarga berduka atas kehilangan sanak keluarganya, anak kehilangan orang tunya, sang ibu kehilangan anaknya, sang suami kehilangan istrinya, sang kakak kehilangan adiknya, dan juga tidak kalah banyak masyarakat yang kehilangan harta bendanya
Semua harus diiklaskan karena memang sudah di gariskan oleh Allah bahwa musibah tersebut terjadi di Aceh, salah bila ada yang mengatakan musibah terjadi bagi mereka yang berbuat dosa, kita harus bisa membedakan antara musibah dan laknat, musibah bisah terjadi kepada siapapun kapanpun dan dimanapun, tidak ada kualifikasi khusus orang yang akan terkena musibah, bisa saja mereka yang alim sekalipun
Intinya adalah Aceh mendapatkan musibah dari Allah karena Aceh disayang oleh Allah SWT, diumpamakan salah satu ruang di rumah yang ketika sedikit kotor maka akan segera di bersihkan, berbeda dengan area luar rumah yang memang sudah tempatnya kotor maka akan dibiarkan begitu saja, karena memang sudah hakikatnya menjadi tempat seperti demikian, mungkin analogi tersebut bisa di pahami sendiri
Tsunami Aceh 2004 silam memang masih sedikit membekas, catatan sejarah ini tidak akan mungkin bisa di hapuskan, ini akan tetap menjadi cerita sejarah masyarakat Aceh kepada anak cucunya, masyarakat Indonesia umumnya begitu familiar dengan kejadian ini, betapa tidak berita akan kejadian tsunami menyebar keseluruh pelosok tanah air bahkan dunia, hingga sekarang ketika seorang dari daerah lain berjumpa dengan masyarakat Aceh hal yang paling sering ditanyakan adalah kejadian Gempa dan Tsunami 2004 silam
Menjelang 12 Tahun Tsunami (ketika artikel ini ditulis) Aceh kembali berduka, gempa sebesar 6,5 SR kembali melanda Aceh, titik gempa yang terjadi di kabupaten Pidie Jaya ini meluluh lantarkan bangun-bangunan yang ada disana, kabar terakhir yang dihimpun aceh.my.id terdapat 629 Jiwa, untuk korban meninggal dunia mencapai 93 jiwa, 91 korban meninggal berasal dari berbagai kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya. Kemudian, 2 korban meninggal lainnya berasal dari Kabupaten Bireuen. Untuk korban luka mencapai 536 orang yang terdiri dari 125 orang mengalami luka berat dan 411 orang mengalami luka ringan.
Doa kami seluruh masyarakat Aceh bahkan mungkin masyarakat Indonesia juga adalah semoga Aceh bisa aman dan dijauhkan dari musibah-musibah, baik itu skala kecil apa lagi skala besar, harapanya adalah tidak adalah lagi korban yang berjatuhan akibat musibah di Aceh, selain itu juga semoga Aceh barokah dan di ridhai oleh Allah, dan berhubung juga pilkada semakin dekat semoga Aceh mendapatkan pemimpin yang amanah dan bisa menbawa Aceh ke arah yang lebih baik
Mungkin inilah tulisan ringkas saya di 12 tahun tsunami, semoga bisa bermanfaat, dan bisa di komentari apabila ada salah dalam tulisan saya ini apakah itu di bagian data atau kosa kata yang saya pilih yang tidak sesuai dengan kode etik kepenulisan, terima kasih sebelumnya
Seingat aku bukan tanggal 24 Desber 2004. tapi 26 Desember 2004..
BalasHapuskesalahan teknis bro... terima kasih kritikanya :)
HapusAminnn.... Semoga aja Aceh aman dan barakah.
BalasHapusAmin Aminnn
Hapus