Kamis, 19 Juli 2018 Lembaga Eksekutif Mahasiswa Universitas
Islam Indonesia (LEM UII) menyebarkan informasi di beranda Offical Account
Line@ mereka dengan judul Oprec OC PESTA UII 2018. Selain memuat
informasi lengkap terkait detail jadwal penting, persyaratan, dan divisi yang
terkait dengan open recruitment panitia OC (Organizing Commite) Pesta UII, disitu juga memuat
sebuah logo berwarna kombinasi antara biru dan kuning dengan bentuk tangan yang
sedang melakukan salam kompak yang diapit oleh sebuah buku yang terbuka
dibawahnya, dan ditambah lagi dengan bunga berwarna putih lengkap dengan outline batik dibagian atas.
Selain logo yang tampak berbeda dengan tahun lalu, nama yang
tercantum disana juga sedikit berbeda. Jika pesta tahun 2017 menggunakan
nama “Pesta Unisi” tahun ini mengguanakan nama “Pesta UII” perbedaannya memang
tidak terlalu signifikan hanya singkatan Universitas Islam Indonesia yang
diubah antara UII di tahun ini dan Unisi di tahun lalu. Selain logo dan nama
yang juga tanpak berbeda adalah akun sosial media Pesta UI tahun ini, yang sama sekali
tidak melanjutkan akun sosial media tahun 2017 lalu, baik Instagram maupun
Line@ (Official Akun Line -OA Line).
Aku mencoba melakukan konfirmasi terkait hal ini kepada
Alif Farhan Putra selaku Koordinator divisi Publikasi Dokumentasi (Pubdok)
Pesta Unisi 2017, Alif mengatakan ”Wah untuk itu ga ada kordinasi dalam
bentuk apapun, aku aja baru tau kalo ternyata sosmed yang berhubungan dengan
pesta itu di alihkan ke new account (Akun baru -red). Kalau di tanya
kenapa gak di kasih pun, orang tahun yang sekarang (Pubdok Tahun ini -red) juga
gak pernah menanyakan langsung ke aku. Gatau kalo ada pihak PDD yg sekarang
meminta ke pihak lain, itu di luar sepengetahuan aku” Dia menambahkan “Jadi
aku pikir itu sudah jadi kebiasaan tiap tahunnya (Membuat akun sosmed baru
setiap Pesta -red)”
Di hari terakhir Pesta UII 2018 Aku mencoba berbincang terkait hal ini, langsung
dengan Fadillah Adkiras selaku pihak Komisi A SC (Steering Committee) Pesta UII 2018 yang membawahi
salah satunya divisi Publikasi dan dokumentasi (Pubdok), dia mengatakan “Jadi kenapa buat yang baru,
pertama dari kami sendiri, kami memang mau membuat yang baru, bukan melanjutkan
yang kemarin, karena memang ya kami punya hak dan kewenangan untuk membuat yang
baru, dari pada kami melanjutkan yang kemarin”.
Saat aku menanyakan alasan konkrit terkait mengapa harus membuat
akun sosial media yang baru padahal bisa menggunakan akun lama, ia menambahkan “Sebenarnya memang gaada alasan
apapun, gaada sentimen apapun, memang pure (Murni -red) kami ingin membuat yang baru, karena
yang membuatpun saya, yang membuat e-mail dan feed pertama juga saya, jadi emang
benar-benar mau buat konsep baru aja, jadi biar lebih seger aja sih”.
Saat Aku mencoba melakukan konfirmasi terkait pernyataan
Koordinator Pubdok Pesta Unisi 2017 yang sebelumnya sempat mengatakan bahwa
tidak ada koordinasi dalam bentuk apapun terkait peralihan akun sosial media
oleh pihak Panitia Pesta UII 2018, Fadillah membenarkan hal tersebut, dia
menuturkan ”Iya memang tidak ada koordinasi, emang benar-benar pure 2018
sendiri”. Mahasiswa Fakultas Hukum 2016 tersebut menambahkan “Dari rapat
SC memang kami menyepakati untuk akhirnya membuat yang baru“.
Sedangkan untuk perubahan nama jika kita milirik sedikit sejarah
ajang pengenalan kampus UII memang acap kali mengalami perubahan dari masa ke
masa. Tercatat sekitar tahun 1970-an, acara tersebut bernama "Mapram", kemudian
berganti menjadi "Mapras", kemudian berganti menjadi "Pekan Orientasi Mahasiswa
(Posma)", kemudian berganti lagi menjadi "Masa Kuliah Umum (MKU)" di tahun 1983,
kemudian berganti lagi menjadi "Orientasi Program Studi Pengenalan Kampus
(OPSPEK)" pada 1985, kemudian berganti lagi menjadi "Pekan Ta’aruf (Pekta)" pada
1995, kemudian berganti lagi menjadi "Pesona Ta’aruf (Pesta)" pada 2004 hingga
sebelum diganti menjadi "Pesta Unisi" pada 2017, sampai dengan di 2018 kembali
menjadi Pesta UII.
Dalam kesempatan yang sama Aku juga menanyakan terkait nama Pesta
Unisi di tahun 2017 kepada Alif Farhan Putra, ia mengatakan “Kalo berbicara
kanapa UNISI bukan UII (Tahun lalu), karna ingin mengeksistensikan nama
itu kembali, unisi sendiri adalah nama pertama setelah berganti dari STI waktu
itu”. Aku juga mengkonfirmasi terkait spekulasi yang pernah ada, yang
mengatakan bahwa penamaan Unisi di tahun 2017, berkaitan dengan kasus mapala
Unisi, Alif mengkonfirmasi bahwa “Kalo di sangkutkan dengan mapala
kemarin itu gak ada garis koordinasi sama sekali, karena itu sudah masuk
kepentingan yang berbeda. Nah mungkin kalo berbicara tentang arahan dari siapa
mungkin dari LEM tahun lalu atau pun SC tahun lalu”.
Selain menanyakan kepada Alif selalu pihak panitia OC Pesta Unisi
2017, Aku juga menanyakan hal yang sama kepada Fadillah Adkiras selaku pihak
Komisi A SC Pesta UII 2018, kenapa nama pesta kembali menggunakan Pesta UII
pada 2018. Fadillah mengatakan “Sekarang kami mau kembali lagi ke 2 tahun
sebelumnya, untuk menamakan lagi menjadi Pesta UII, begitu sih kalo dari kami,
kemarin itu sempat ada debat panjang sebenarnya apa melanjutkan atau merubah
nama tersebut”.
Sedangkan perbedaan logo Pesta antara tahun ini dan tahun lalu
terlihat sangat signifikan, memang untuk icon yang diguanakna sama, yaitu dua
tangan, namun pada logo tahun lalu dua tangan tersebut membuka keatas dan
ditambah ujung mata pena dan sedikit icon lain. Sedangkan tahun ini berbentuk tangan
yang sedang meklakukan salam kompak yang diapit oleh sebuah buku yang terbuka
dibawah dan bunga berwarna putih dengan outline batik dibagian atas.
Jika dilihat logo Pesta UII setiap tahunnya memang selala berbeda,
tidak pernah melanjutkan logo yang sudah ada. Ketika Aku mencoba menelusuri
jejak digital logo-logo Pesta UII setiap tahunya, aku hanya menemukan logo
pesta tahun 2015, 2017 dan 2018 di Internet, sedangkan ketika aku menulusuri
melalui buku panduan Pesta aku menemukan logo-logo tahun 2008, 2014, 2016. Berikut
infografis terkait logo dan sosmed ajang pengenalan kampus UII sejak 2008
Masalah logo pihak panitia pesta setiap tahun memang seperti punya
wewenang sendiri untuk membuat baru, memperbaharui, atau melanjutkan logo yang
sudah ada, nyatanya memang tidak ada aturan baku terkait hal tersebut sehingga
setiap tahun ganti logo. Aku mencoba menanyakan langsung hal tersebut kepada
Fadillah “Jadi itu bukan kaya wewenang tapi lebih ke arah historis sih,
setiap tahun memang punya logo masing-masing, makanya kami membuat logo
baru dari kami”.
Aku juga menanyakan kepada Fadillah apakah dari LEM memang tidak
memiliki aturan baku terkait nama, logo dan sosmed ajang pengenalan kampus, ia
mengatakan “Tidak ada mas”, Aku melanjutkan pertanyaanku “artinya,
apabila tahun depan aku menjadi SC dan merubah nama menjadi Party UII begitu
bisa dong”, Fadillah menjawab “Itu kembali lagi, jika dari DPM (Dewan
Permusyawaratan Mahasiswa -Red) menyepakati waktu verifkasi berarti itu
dibolehkan, tapi itu pasti ada pertimbangan kenapa DPM menyepakati hal tersebut”.
Pada akhir perbincangan dengan Fadillah aku menanyakan terkait harapan nama, logo dan sosmed Pesta UII 2019, apakah dilanjutkan dari tahun ini atau bagaimana, ia mengungkapkan “Maunya
ditunggalkan saja mas untuk logo dan Instagram, Karena tidak dipungkiri lagi
kalo Instagram sekarang bisa kita anggap sebagai wajah dan perlu teknik dan
meke up yang baik biar wajahnya terlihat cantik hehe”. Saat Aku
memperjelas maksud ditunggalkan disini apa, ia menambahkan “Kalo aku pribadi
sih mas pengennya dibuat baru, satu yang universal dan bagus tetapi punya makna
gitu sih, jadi biar fair juga antara panitia dari tahun-tahun sebelumnya ”.
Alif menyayangkan terkait perubahan akun-akun sosmed dan
logo, ia mengatakan “Kalo dari aku pribadi di sayangkan karna kami tim pesta
2017 sudah bekerja sedemikian rupa untuk membuat konten yg layak di publish.
Ini bukan hanya hasil kerja aku pribadi atau pun divisi PDD itu sendiri. Tapi
itu bukti nyata ke seriusan kita (Seluruh jajaran Pesta Unisi 2017 -Red) yang
menggarap fenomena tahunan yg Megah”. Ia menambahkan “Tapi itu balik
lagi ke pribadi teman-teman panitia (Panitia Tahun 2018). Sah-sah
saja kalau mereka melakukannya toh semua demi tujuan yg baik kan”.
Memang tidak ada hal yang harus dipermasalahkan terkait perubahan
nama, logo dan akun sosial media yang terus terjadi pada ajang pengenalan
kampus UII. Namun ketika kita berbicara terkait Branding maka ini menjadi
masalah besar. Jika kita merujuk pada buku Manajemen Pemasaran karya Philip
Kotler yang merupakan seorang penulis tentang pemasaran dari Amerika, ia
mengatakan Brand adalah pemberian nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau
kombinasi dari kesemuanya, yang dibuat dengan tujuan untuk mengidentifikasikan
barang atau jasa atau kelompok penjual dan untuk membedakan dari barang atau
jasa pesaing.
Ketika nama, logo dan akun sosial media terus berubah, maka
pengidentifikasian sebuah ajang pengenalan kampus UII tidak akan mampu menjual
dirinya sendiri. Hal ini akan sangat disayangkan, karena ketika kita berkaca
dengan universitas besar lainnya, mereka sangat konsisten terkait nama, logo
dan sosial media ajang pengenalan universitas kepada mahasiswa barunya.
sejarah akan mencatan bahwa ajang
pengenalan kampus UII, adalah ajang
pengenalan kampus yang sangat tidak konsisten dengan terus merubah setiap
tahunya sesuai selera pihak panitia yang menjalankan. Dampak lain yang akan terasa adalah, jumlah pengikut sosial media ajang pengenalan kampus UII tidak akan
mencapai jumlah yang besar
UII masih punya kesempatan untuk kembali membangun brand image
ajang pengenalan kampusnya. Semua bisa dimulai dengan membuat aturan baku
terkait penamaan, logo dan sosial media ajang pengenalan yang tidak boleh
dirubah. Dalam hal ini yang memiliki wewenang penuh adalah pihak Lembaga
Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (LEM UII) selalu pihak yang
menjalankan ajang pengenalan kampus UII bagi mahasiswa baru. Jangan hanya
merasa bangga dengan Student Goverment jika hanya untuk hal sepele yaitu
konsisten dengan nama, logo dan sosial media untuk membangun Brand Image ajang
pengenalan kampus saja belum mampu.
tulisan yang bagus. ada baiknya juga mencamtumkan sudut pandang konseptor dari pesta unisi 2017
BalasHapusTerima kasih mas/mbak anonim terkait pujiannya. Sedangkan untuk saran mencantumkan sudut pandang konseptor, mungkin komisi A sudah termasuk pihak konseptor.
HapusYang dimaksud oleh komtar diatas adalah konseptor Pesta Unisi 2017
BalasHapus