Sabtu, 30 Agustus 2014

Mesjid Raya Baiturrahman Aceh, Icon Wisata Islami Kota Madani

Mesjid Raya Baiturrahman, salah satu icon wisata Islami di kota madani, mesjid yang menjadi kebangaan masyarakaat Aceh ini terletak d tengah-tengah kota Banda Aceh, mesjid ini memiliki seni arsitektur yang luar biasa, sehingga ketika berada di mesjid ini jiwa dan raga kita akan merasa sangat tenang, pemandangan di mesjid ini juga sangat menyegarkan mata. mesjid ini dibangun dengan arsitektur bercorak eklektik 


Mesjid yang terletak di jantung kota Banda Aceh ini memiliki sejarah yang cukup panjang, mesjid yang dulunya merupakan mesjid kesultanan Aceh ini dibangun pada masa Iskandar muda, tepatnya pada tahun 1612 M, namun ada juga riwayat lain menyebutkan bahwa  Masjid Raya Baiturrahman didirikan pada masa Sultan Alaidin Johan Mahmudsyah pada tahun 1292 M. pada saat sedang berlangsungnya perang Aceh masjid ini berfungsi sebagai markas perang dan benteng pertahanan rakyat Aceh

Sebagai markas perang dan benteng pertahanan rakyat Aceh Masjid Raya Baiturrahman juga digunakan sebagai tempat bagi seluruh pasukan perang Aceh berkumpul untuk menyusun strategi dan taktik perang melawan kolonia. Menurut berbagai sumber sejarah mengatakan bahwa pahlawan-pahlawan nasional 
Aceh seperti Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien turut serta mengambil bagian dalam mempertahankan Masjid Raya Baiturrahman.

Pada agresi militer Belanda II atau penyerangan tentara Belanda dalam ekspedisinya yang kedua tepatnya pada bulan April 1873 M mesjid ini pernah dibakar habis oleh tentara kolonia Belanda, dalam peristiwa tersebut Mayjen J.H.R  Khohler (Pimpinan ekspedisi penyerangan belanda terhadap Aceh ) tewas terkena tembakan pejuang Aceh, yang kemudian diabadikan tempat tertembak Mayjen J.H.R  Khohler pada sebuah monument kecil dibawah pohon ketapang/geulumpang dekat pintu masuk sebelah utara mesjid Raya Baiturrahman

Empat tahun setelah terbakar tepatnya pada pertengahan Maret 1877 M  sebagai permintaan maaf juga untuk meredam kemarahan rakyat Aceh gubernur militer Jenderal Van Lansberge menyatakan akan membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman lama pembanguna mesjid Raya Baiturrahman kembali ini memakan waktu hingga 3 tahun, yang rancangannya dilakukan oleh seorang kapten zeni angkatan darat Belanda, De Bruijin ia berkonsultasi dahulu dengan penghulu dari Bandung

Itulah perjalan panjang sejarah Mesjir Raya Baiturrahman, mesjid yang dibangun dari awal kesultanan Aceh hingga pernah dibakar oleh para kolonia Belanda pada saat Agresi Militer II dan dibangun kembali oleh pihak Belanda sebagai permintaan maaf pihak Belanda kepada masyarakat Aceh, dan juga untuk meredamkan kemarahan masyarakat Aceh, karena perjalanan panjang sejarah Mesjid Ini, mesjid ini menjadi salah satu mesjid yang bersejarah di Indonesia seperti yang di tulis di salah satu buku karya Abdul Baqil Zein yang berjudul “Masjid-masjid bersejarah di Indonesia”

Mesjid yang memiliki arsitektur
eklektik ini juga mengadaptasi gaya Moghul (India).  sangat indah dan megah ketika dipandang, sehingga beberapa orang menyebut bahwa keindahan mesjid ini mirip dengan keindahan bangunan Taj Mahal yang ada di India. Mesjid ini juga menjadi salah satu mesjid terindah di Asia Tenggara

Sebagai mesjid kebanggaan masyarakat Aceh, mesjid raya yang terletak di jantung kota Banda Aceh ini memiliki tiga bagian pintu masuk utama, yang pertama melalui sebelah timur mesjid atau pas dengan bagian depan menara mesjid ini, akan tetapi di sebelah sini tidak disediakan tempat parker, oleh sebab itu bagi yang membawa kendaraan diarahkan untuk masu melalui sebelah utara dan selatan atau samping kanan dan samping kiri mesjis ini.

Jika kita memasuki mesjid dari bagian timur atau dari depan mesjid maka kita akan terlebih dahulu menjumpai pintu gerbang utama dan menara induk mesjid Raya Baiturahman ini, menara ini biasa juga disebut sebagai tugu Aceh daerah modal yang konon katanya nama tersebut sebagai monumen bahwa Aceh pernah dinyatakan sebagai daerah modal. Di awal kemerdekaan Indonesia. Menara ini terdiri dari enam lantai yang dapat dicapai melalui lift maupun tangga biasa. Menara itu dibangun tak jauh dari gerbang utama ke dalam masjid.

Pintu masuk sebelah utara dan selatan mesjid atau sebelah kiri dan kanan mesjid dibungun tidak kalah mengah dengan pintu masuk gerbang utama, di sebelah utara atau kanan mesjid terdapat monument
Mayjen J.H.R  Khohler yang tewas tepat di bawah pohon ketapang pada masa Agresi Militer II di Aceh, sedangkan apabila kita keluat dari pintu sebelah selatan atau kiri mesjid diseberang jalan kita akan langsung bertemu dengan hotel pertama Aceh, tapi sayang sekarang hotel Aceh tersebut tidak bebekas, hanya tinggal tiang-tiang, dan sebelahnya dijadikan sebagai taman sari.  

Sedangkan bagian dalam mesjid terdapat gerbang yang menempel dengan unit utama. Kemudian juga terdapat serambi yang berbentuk persegi panjang, dibagian depan, kiri, dan kanan serambi dikelilingi oleh tangga yang membentuk huruf  U yang bergaya arsitektur Moorish, arsitektur ini banyak terdapat di masjid-masjid di daerah Afrika Utara dan Spanyol (Kerajaan Andalusia) dan diantara tiang satu dengan lainnya dihubungkan dengan pintu gerbang patah model Persia. Pada bagian atas dan sisi pintu gerbang, terdapat hiasan relief lengkung-legkung, seperti corak motif daun, cabang, dan pohon.

 
Corak model khas rumah klasik Belanda juga terdapat disini yaitu di atas ketiga pintu gerbang masuk bagian dalam mesjid, terdapat semacam tympanum yang berbentuk jenjang seperti penampang sebuah tangga. Pada setiap jenjang, dihias dengan miniatur sebuah gardu atau cungkup yang dihiasi kubah bawang pada bagian puncaknya. Corak ini menunjukkan adanya pengaruh India Sisi kiri dan kanan serambi mempunyai dua tiang yang dihubungkan oleh sebuah pintu gerbang, dekorasinya sama dengan serambi bagian depan.

Pada bagian tengah ruang shalat berbentuk bujur sangkar yang diatapi oleh kubah utama yang indah dan megah bercorak bawang. Pucuknya dihiasi cunduk, seperti masjid-masjid kuno di India. Penyangga kubah berdenah segi delapan. Pada masing-masing sisinya, terdapat sepasang jendela yang dipergunakan sebagai tempat keluar dan masuknya udara. Pada bagian bawah, terdapat tritisan berdenah segi delapan. Pada bagian kiri dan kanan ruang shalat utama ini, terdapat unit sayap kembar sehingga bangunan ini menjadi simetris. Atap masjid berbentuk limasan berlapis dua. Pada jendela yang terdapat di masjid ini, tampak sekali pengaruh Moorish, terutama dari hiasan yang bercorak intricate.

Perjalan panjang mesjid ini sehingga menjadi salah mesjid terindah di Asia Tenggara cukuplah panjang, hingga saat ini setelah beberapa kali melakukan perbaikan dan penambahan Masjid Raya Baiturrahman memiliki 280 buah tiang, tujuh buah kubah, empat buah menara, dan satu buah menara induk yang tinggi menara induk tersebut sekita 45 Meter. Seluruh bangunan mesjid ini bercat putih sementara atapnya berwarna hitam.

Masjid yang memiliki kapasitas
+ 13.000 jemaah ini berdiri di atas area seluas + 4 hektar dengan  bagian dalam masjid seluas 4.760 m2. Di sekeliling halaman masjid ditanam rumput serta pepohonan yang hijau sehingga begitu segar dipandang mata. Diantara bagian depan masjid dan gerbang masuk mesjid juga terdapat kolam air mancur yang dilengkapi dengan ikan hias.  Posisinya yang berada di tengah lapangan terbuka membuat keindahan dan kemegahan masjid itu dapat dilihat dengan jelas dari kejauhan.

Karena Keindahan Arsitekturnya, Miniatur mesjid Raya Baiturrahman menjadi salah satu meniatur yang terdapat di Taman miniatur terbesar di dunia yaitu di Taman Minimundus di Negara Austria. Bangunan tersebut terlihat sangat mirip dengan aslinya. Disini terdapat lebih dari 150 miniatur bangunan terkenal dari seluruh penjuru dunia. Miniatur ini menggunakan skala 1:25 untuk setiap sebuah bangunan. Di taman ini juga anda akan menemukan berbagai miniatur landmark terkenal dari seluruh penjuru dunia. Selain ada miniatur Masjid Raya Baiturrahman dari Aceh, juga ada miniatur Taj Mahal dari India, Hagia Sophia dari Turkey dan Menara Eiffel dari Prancis.

Begitulah sedikit keindahan Mesjid Raya Baiturrahman, Aceh yang bisa saya gambarkan sebagai salah satu icon wisata Islami di kota madani Banda Aceh ini, Wisatawan non muslin juga diperbolehkan merasakan keindahan Mesjid terindah di Asia Tenggara ini asalkan berakain sopan dengan menutup Aurat sesuia ajara Islam, di setiap pintu masuk mesjid inipun sudah tetera bahwasanya “Anda memasukin wilayah wajib menutup Aurat” dalam tiga bahasa yaitu Indonesia, Arab dan Inggris 

2 komentar:

  1. aku pernah ke masjid ini waktu umurku kurang lebih 4 th, skrg udah 18 th jd pengen kesana lagi :)

    BalasHapus